Hikayat Indera Bangsawan Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan. Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari. Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Raina Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu luas. la masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri." Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala. Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa neneknya dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya. Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri. Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong. Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya. Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa. Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya. Sumber Buku Kesusastraan Melayu Klasik Apa amanat yang dapat dipetik dari hikayat di atas?
Mimpiyang Menjadi Kenyataan. Dalam artikel ini akan dibahas secara lengkap mengenai pengertian ciri-ciri dan unsur-unsur dari hikayat. 30042015 Contoh Sinopsis Cerpen. Kalakian maka bertambah-tambah cerdiknya dan. Misalnya kondisi sosial politik ideologi dan ekonomi masyarakat. 4 Contoh Cerpen Beserta Unsur Intrinsik dan Ekstrinsiknya. Unsur unsur intrinsiktema, alur, tokoh, latar dan amanat pada hikayat 1. Tema pada” Hikayat Indera Bangsangwan” adalah kehebatana saudara kembarSyah Peri dan Indera Bangsawan dalam menghadapi musuh sebelum mencapai kebahagiaan. 2. Latar Latar tempat negeri kobat syahrial, di hutan, disebuah taman, di gua dan di negeri antah berantah. Latar waktu Peristiwa dalam kutipan hikayat terjadi pada keseluruhan waktupagi,siang, sore, dan malam. Latar suasana bahagia dan sedih. 3. Alur Alur pada hikayat tersebut adalah alur maju. Alasannya karena hikayat menceritakan awal raja Indra Bungsu yang tidak memiliki anak, indra bangsawan diasuh oleh raksasa dan dianggap sebagai neneknya sampai akhirnya indra bangsawan menyamar menjadi jelek sebagai si hutan masuk di kerajaan antah berantah. Dengan kepandaian yang dimiliki indra bangsawan , buraksa dapat dikalahkan. Pada akhirnya indra bangsawan dihadiahi oleh raja antah berantah utuk menjadi suami Putri Kemala Sari. 4. Tokoh dan penokohan a. Tokoh syaah Peri besifat baik hati dan suka menolong. b. Indera Bangsawan besifat licik dan suka menghalalkan cara untuk mencapai hal yang diinginkan. c. Tokoh raja Indra Bungsu dan Tuan Putri Sitti Kendi memiliki sifat sabar dan suka berikhtiar kepada tuhan untuk mendapatkan keturunan. d. Tokoh Raja Kabir memilikih sifat mudah menyerah dan takluk pada musuh. e. Tokoh Garuda dan Buraksa memiliki sifat jahat. f. Sifat tokoh Putri Ratna Sari dan Putri Kemala Sari tidak tergambar secara jelas. Kedua putri tersebut merupakan korban dari kejahatan Garuda dan Buraksa. 5. Amanat Amanat yang terdapat pada hikayat di atas yaitu; 1. Ingatlah kepada tuhan apabila kita dalam kesusahan. 2. Tolonglah orang yang mengalami kesusahan. 3. Jangan berbuat curang untuk mendapatkan segala keinginan. Nilai – nilai yang terkandung dalam hikayat trsebut dan hubungannya dengan nilai – nilai massa kini yaitu a. Nilai religi, hal ini dibuktikan dengan beberapa peristiwa yang dilakukan beberapa tokoh. Contohnya , melakukan pembacaan doa kunut, membagikan sedekah kepada fakir miskin, dan berpasrah kepada Allah. Hubunganya dengan nilai masa kini yaitu pembacaan doa kunut kurang dilaksanakn apalagi orang- orang metropolitan, mereka hanya menganggap itu adalah budaya pada nenek moyang mereka. b. Nilai moral yang pantas dan tidak pantas untuk dicontoh. Perbuatan yang dicontoh yaitu menolong sesama yang mengalami kesuliata. Perbuatan yang tidak pntas dicontoh yaitu perbuatan Indera Bangsawan yang menipu beberapa raja.UnsurEktrinsik Hikayat "Indera Bangsawan" 1. Nilai religius: Hal ini dibuktikan oleh beberapa peristiwa yang dilakukan beberapa tokoh, contohnya melakukan pembacaan doa qunut, membagikan sedekah kepada fakir miskin, dan berserah pada Allah.100% found this document useful 3 votes13K views5 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 3 votes13K views5 pagesUnsur Intrinsik Hikayat Indera Bangsawan Unsur Intrinsik Hikayat Indera Bangsawan Pada suatu hari Raja Indera Bungsu dari kerajaan Negeri Kobat Syahrial menginginkan anak. Beliau lantas mengutus orang - orang yang diperintah oleh patihnya untuk membaca do'a Qunut dan bersedekah kepada fakir miskin. Tak lama kemudian istrinya, Puteri Sitti Kendi hamil dan melahirkan putra kembar laki- laki. Putra yang sulung lahir dengan sebuah anak panah dan diberi nama Syah Peri. Putra yang bungsu lahir dengan sebilah pedang dan diberi nama Indera Bangsawan. Sejak kecil kedua anak baginda itu dididik dengan baik. Mereka tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik. Saat usia mereka telah mencapai tujuh tahun, Raja Indera Bungsu memerintahkan kedua putranya untuk belajar mengaji kepada Mualim Sufian. Setelah beberapa lama, mereka belajar pula ilmu kesaktian dari guru mereka. Sang ayah mulai bimbang untuk menentukan siapa yang pantas menggantikannya memerintah kerajaan. Kembimbangan itu karena kedua putranya sama- sama pandai dan berakhlak baik. Pada suatu malam, sang Baginda Raja bermimpi tentang buluh perindu. Sang Raja sangat terpesona dengan buluh tersebut yang memiliki suara sangat merdu. Keesokan harinya, Baginda Raja menceritakan mimpinya tersebut pada kedua anaknya. Ia pun membuat sebuah sayembara untuk kedua putranya, barangsiapa yang bisa mendapat buluh perindu, dialah yang akan menggantikan dirinya untuk menjadi raja. Kedua putranya itu kemudian memohon kepada Baginda Raja untuk memulai pengembaraan mencari buluh perindu yang diinginkan ayahnya. Dalam perjalanan mereka selalu bersama hingga suatu saat karena angin topan, hujan lebat, dan awan gelap gulita mereka jadi terpisah. Syah Peri berjalan dan terus berjalan hingga ia menemukan suatu taman dan sebuah mahligai. Dalam mahligai itu, Syah Peri menemukan sebuah gendang. Dipukulinya gendang tersebut keras-keras. Pada saat dia sedang memukul gendang itu didengarnya suara lain yang berasal dari dalam gendang. Syah Peri lalu merobek gendang tersebut dengan pisaunya. Betapa kagetnya Syah Peri karena dia mendapati seorang Putri dan dayang-dayang nya sedang bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan dari dalam gendang, Sang Putri bercerita bahwa dia disembunyikan di dalam gendang oleh ayahnya untuk menghindari serangan raksasa Garuda yang telah meluluh-lantahkan kerajaan mereka. Tak lama kemudian raksasa Garuda datang hendak membunuh sang Putri. Syah Peri segera menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan raksasa Garuda. Raksasa Garuda itupun dapat dikalahkannya. Syah Peri selanjutnya menikahi Putri Ratna Sari dengan disaksikan oleh dayang-dayang Sang Putri. Di lain tempat, Indera Bangsawan menemukan suatu padang yang tidak cukup luas. Di dalam padang itu terdapat sebuah gua yang dihuni oleh raksasa perempuan. Indera Bangsawan bertemu dengan raksasa perempuan itu. Dijadikannya raksasa perempuan itu sebagai neneknya. Selama mereka bersama, raksasa tersebut banyak memberikan pengalaman baiknya, memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata berupa sarung kesaktian untuk melawan Buraksa. Raksasa tersebut bercerita bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri antah berantah yang diperintah oleh Raja Kabir, sebuah kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa. Raksasa meminta Indera Bangsawan untuk membantu kerajaan tersebut. Raja Kabir akan menyerahkan putrinya, Putri Kemala Sari kepada Buraksa sebagai upeti agar kerajaan itu tidak di hancurkan oleh Buraksa. Setelah Indera Bangsawan berhasil masuk di wilayah kerajaan dengan menyamar sebagai budak berambut keriting. “Barangs iapa yang bisa membunuh Buraksa dan membawa mata dan hidungnya yang berjumlah tujuh, maka dia akan dinikahkan denga Puteri Kemala Sari” kata Raja Kabir. Indera Bangsawan segera bergegas untuk mengejar dan mencari Buraksa tersebut. Dengan kepandainnya, Indera Bangsawan berhasil menemukan Buraksa lebih dulu dari yang lain, dan akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan juga memotong mata dan hidung Buraksa yang berjumlah tujuh itu untuk dipersembahkan kepada Raja Kabir. Sampai di istana Indera Bangsawan segera menghadap Raja Kabir. Raja Kabir bahagia karena ada orang yang dapat menyelamatkan putrinya. Pada saat itu juga Putri Kemla Sari segera dinikahkan dengan Indera Bangsawan. Indera Bangsawan sudah mendapatkan buluh perindu yang diinginkan ayahnya, maka ia mengajak istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrial untuk menghadap ayahnya. Ternyata Indera Bangsawan mendadak jatuh sakit. Di tempat berbeda Syah Peri beberapa hari tidak dapat tidur dengan nyenyak dan selalu memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam mimpinya, Indera Bangsawan sedang sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah ia mencari Indera Bangsawan. Setelah berhari-hari mencari, sampailah Syah Peri di kerajaan antah-berantah itu. Ia menemukan Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya dengan ditemani istrinya. Syah Peri lalu berusaha untuk menyembuhkan Indera Bangsawan. Selang beberapa hari, Indera Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Peri dan istrinya lantas mengajak Indera Bangsawan dan istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrial. Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia melihat kepulangan kedua putranya yang didampingi juga oleh istrinya. Indera Bangsawan langsung menyerahkan buluh perindu kepada sang ayah. Sang ayah bertambah bahagia dan langsung mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk menggantikannya menjadi raja Kobat Syahrial. Untuk membalas kebaikan hati kakaknya, Indera Bangsawan memberi Syah Peri sebuah batu hikmat. Batu hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Peri untuk dijadikan sebuah kerajaan lengkap dengan abdi kerajaan, rakyat, dan perlengkapan kerajaan. Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama saling bahu-membahu untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian. Unsur Intrinsik 1. Tema Siapa menanam akan memeteik hasilnya. 2. Tokoh a. Protagonis Raja Indera Bungsu, Putri Sitti Kendi, Syah Peri, Indera Bangsawan, Mualin Sufian, Raksasa Perempuan, Putri Ratna Sari, Putri Kemala Sari. b. Antagonis Raksasa Garuda. c. Tritagonis Raja Kabir. 3. Penokohan a. Raja Indera Bungsu Sabar dalam menghadapi ujian selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra. Dermawan, suka tolong menolong, dan perhatian terhadap rakyatnya beliau sering membagikan sedekah kepada fakir miskin. Penyayang dan perhatian terhadap kedua putranya kedua putranya dididik dengan baik sehingga tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik. b. Putri Sitti Kendi Sabar dan tawakal dalam menghadapi ujian selalu berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan putra. Sayang dan perhatian terhadap kedua putranya kedua putranya dididik dengan baik sehingga tumbuh denngan akhlak dan perilaku yang baik. c. Syah Peri Patuh kepada kedua orang tuanya melaksanakan perintah Baginda Raja Indera Bungsu untuk mencari buluh perindu. Perhatian dan pantang menyerah selalu peduli dengan keadaan saudara berhasil mengalahkan raksasa Garuda untuk menyelamatkan Putri Ratna Sari dan dayang- menolong menyelamatkan Putri Ratna Sari dari serangan raksasa Garuda dan berusaha menyembuhkan Indera Bangsawan. d. Indera Bangsawan Patuh kepada kedua orang tua melaksanakan perintah Baginda Raja untuk mencari buluh perindu. Pantang menyerah berhasil mendapatkan buluh perindu dan berusaha mengejar melawan raksasa Buraksa. Pemberani dan suka menolong berhasil mengalahkan raksasa Buraksa untuk menyelamatkan Putri Kemala Sari, dan rakyat Raja Kabir. Menghargai usaha orang lain memberikan Batu Khitmat kepada Syah Peri untuk membalas kebaikan Syah Peri yang telah menyelamatkan nyawanya e. Mualin Sufian Suka t menolong mau mengajarkan berbagai ilmu yang ia miliki kepada kedua putra Baginda Raja Indera Bungsu.
Hi Readers! Jika Anda sama seperti saya yang tertarik dengan hikayat dan budaya tradisional, maka artikel ini pasti cocok untuk Anda. Pada artikel ini, saya akan membahas tentang unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan. Sebelum memulai, ada baiknya kita memahami dulu apa itu hikayat. Hikayat adalah jenis cerita-cerita lama yang berasal dari budaya lama. Ini biasanya berisi kisah-kisah tentang kehidupan tokoh-tokoh lama, di mana kebanyakan tokoh tersebut adalah kerajaan, bangsawan, dan tokoh legenda. Hikayat juga menceritakan tentang perjuangan dan perjalanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut. Nah, setelah memahami apa itu hikayat, sekarang saatnya kita membahas tentang unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan. Unsur intrinsik adalah hal-hal yang membuat sebuah cerita bermakna, memberi kesan, atau membawa pesan tertentu. Hal ini biasanya meliputi tema, struktur cerita, dan juga karakter tokoh. Unsur intrinsik akan membantu Anda memahami cerita dengan lebih baik dan mendapatkan pesan yang ada di dalamnya. Unsur-Unsur Intrinsik dalam Hikayat Indera Bangsawan Mari kita lihat beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam hikayat Indera Bangsawan. Pertama, tentu saja ada tema. Tema dalam hikayat ini adalah kejujuran dan keberanian. Hikayat ini menceritakan tentang seorang pangeran yang berani dan jujur, dan berusaha untuk melindungi rakyatnya dari segala bahaya. Tema ini menjadi salah satu alasan mengapa hikayat ini menjadi sangat populer di kalangan masyarakat. Kedua, ada struktur cerita. Struktur cerita dalam hikayat ini cukup sederhana dan mudah dipahami. Kisah dimulai dengan adanya seorang pangeran yang berjuang untuk melindungi rakyatnya dari kejahatan. Setelah itu, ia berjuang melawan berbagai musuh, dan akhirnya berhasil memenangkan perjuangan. Ini adalah struktur cerita yang sangat umum dalam hikayat-hikayat lama. Ketiga, ada karakter tokoh. Tokoh utama dalam hikayat ini adalah seorang pangeran yang bernama Indera. Ia adalah seorang pangeran yang berani dan jujur, yang selalu berusaha untuk melindungi rakyatnya dari kejahatan. Karakter Indera menginspirasi banyak orang hingga saat ini, karena ia merupakan contoh dari seseorang yang selalu berjuang untuk melindungi kebenaran. Fakta Menarik Tentang Unsur Intrinsik dalam Hikayat Indera Bangsawan Setelah memahami unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan, berikut adalah beberapa fakta menarik tentang unsur intrinsik ini. Pertama, unsur intrinsik dalam hikayat ini telah membantu penduduk asli Indonesia menyimpan budaya mereka. Sebagian besar hikayat-hikayat lama yang ada di Indonesia berisi tema-tema universal yang dapat dipahami oleh semua orang, sehingga membantu mereka menyimpan budaya mereka. Kedua, unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan memiliki beberapa unsur budaya. Misalnya, unsur kesetiaan dan kejujuran yang ditampilkan oleh tokoh utama seperti Indera mencerminkan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat lokal. Hal ini menunjukkan bahwa unsur intrinsik dalam hikayat ini memiliki kaitan yang erat dengan budaya lokal. Ketiga, unsur intrinsik dalam hikayat ini telah memengaruhi banyak budaya dan kebudayaan lokal. Sebagian besar hikayat-hikayat lama yang ada di Indonesia berasal dari hikayat Indera Bangsawan, dan unsur intrinsik dalam hikayat ini telah memengaruhi banyak budaya dan kebudayaan lokal. Kesimpulan Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan memiliki banyak unsur yang membuat cerita ini bermakna dan berharga bagi masyarakat lokal. Unsur intrinsik tersebut meliputi tema, struktur cerita, dan juga karakter tokoh. Selain itu, unsur intrinsik dalam hikayat ini juga memiliki kaitan yang erat dengan budaya lokal. Unsur intrinsik ini telah memengaruhi banyak budaya dan kebudayaan lokal. FAQ Q Apa itu hikayat? A Hikayat adalah jenis cerita-cerita lama yang berasal dari budaya lama. Ini biasanya berisi kisah-kisah tentang kehidupan tokoh-tokoh lama, di mana kebanyakan tokoh tersebut adalah kerajaan, bangsawan, dan tokoh legenda. Q Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik? A Unsur intrinsik adalah hal-hal yang membuat sebuah cerita bermakna, memberi kesan, atau membawa pesan tertentu. Hal ini biasanya meliputi tema, struktur cerita, dan juga karakter tokoh. Q Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan? A Unsur intrinsik dalam hikayat Indera Bangsawan meliputi tema, struktur cerita, dan juga karakter tokoh. Tema dalam hikayat ini adalah kejujuran dan keberanian, sedangkan struktur cerita yang digunakan cukup sederhana dan mudah dipahami. Tokoh utama dalam hikayat ini adalah seorang pangeran bernama Indera. Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!
UnsurIntrinsik Hikayat; Dibawah ini terbagi beberapa unsur intrinsik hikayat, diuraikan sebagai berikut. Tema Hikayat; Tema merupakan unsur yang paling utama untuk menciptakan sebuah hikayat, berupa suatu ide, gagasan pokok yang akan menjadi sumber acuan dalam cerita. Indra Bangsawan. Pada zaman dahulu ada dua putra raja, mereka kembarOn 07 Jun 2021 Hikayat Indera Bangsawan merupakan karya sastra yang ditulis oleh Muhammad Bakir dalam bentuk prosa berbahasa Melayu dengan tulisan Arab-Jawi pada 4 September 1894. Hikayat Indera Bangsawan adalah sebuah cerita petualangan keberanian dan kegagahan Indra Bangsawan dalam menyelamatkan Ratna Sari Bulan dari kejahatan seorang raksasa bernama Buraksa. lndra Bangsawan adalah putra Maharaja Indra Bungsu, penguasa Kerajaan Kobat Syahri. Indra Bangsawan mempunyai saudara kembar bernama Syahperi. Syahperi lahir bersama anak panah, sedangkan Indra bangsawan lahir bersama sebilah pedang. Kedua bersaudara ini dibekali ilmu mengaji memiliki kesaktian yang sama hebatnya. Pada suatu malam, Maha raja Indra Bungsu bermimpi melihat putri-putri cantik yang sedang memainkan alat musik buluh perindu. Selanjutnya, Maharaja Indra Bungsu memerintahkan kedua putranya untuk mencari apa yang dilihatnya dalam mimpinya itu. Indra Bangsawan dan Syahperi berada di sebuah hutan mereka terpisah akibat hujan badai. Syahperi sampai di negeri bernama Anta Berahi dan berhasil menyelamatkan Putri Ratna Sair, akhirnya menikah. Indra Bangsawan sangat sedih ditinggalkan oleh kakaknya di dalam hutan. Sampai di sebuah gua dia bertemu dengan nenek raksasa dan mengangkatnya sebagai cucunya. Sang nenek raksasa bercerita bahwa negeri tempat tinggalnya bernama Anta Beranta, di wilayah kekuasaan Negeri Anta Pramana. Raja negeri tersebut, Maharaja Kibar, takluk kepada Buraksa dan harus membayar upeti berupa anak-anaknya. Jika Maharaja Kibar tidak memberikan anaknya sebagai santapan Buraksa, dan negerinya akan dihancurkan. Maharaja Kibar mempunyai seorang putri yang benama Tuan putri Ratna Sari Bulan. Setiap malam sang putri menangis memikirkan dirinya yang akan dijadikan persembahan kepada Buraksa. Sampai akhirnya mata Tuan putri Ratna Sari Bulan sakit. Baginda Raja lalu memerintahkan kesembilan anak raja untuk rnencari susu harimau yang dapat menyembuhkan penyakit putrinya, namun yang berhasil menemukannya adalah Indra Bangsawan. Setelah tuan putri sernbuh, tibalah saat dirinya menjadi persembahan kepada Buraksa. Akan tetapi, dengan kesaktiannya, Indra Bangsawan dapat menyelamatkannya dan berhasil membunuh Buraksa. Sebagai bukti, Indra Bangsawan membawa mata, hidung, dan telinga Buraksa ke hadapan Maharaja Kibar. Sesuai dengan janjinya, Maharaja Kibar menikahkan Ratna Sari Bulan dengan lndra Bangsawan yang telah kembali ke wujud semula. Selain itu, Indra Bangsawan pun bertemu dengan saudara kembarnya, Syahperi.A Karakteristik Hikayat Indera Bangsawan 1. Anonim, yaitu tidak dikenal nama pengarangnya. 2. Istana sentris, yaitu mengisahkan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana / kerajaan. 3. Bersifat statis, artinya tidak mengalami perubahan atau perkembangan. 4. Bersifat komunal, artinya menjadi milik masyarakat. 5.
Hikayat Indera Bangsawan Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan. Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari. Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Raina Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu luas. la masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri." Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala. Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa neneknya dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya. Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri. Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong. Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya. Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa. Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya. Sumber Buku Kesusastraan Melayu Klasik Bagaimana cara Indera Bangsawan masuk ke dalam istana Raja Kabir?
Berikuturaian analisis unsur intrinsik hikayat indera bangsawan. 1. Tema Hikayat Indera Bangsawan Tema hikayat indera bangsawan adalah usaha kerja keras dan perjuangan dua putra raja dalam membuktikan kepantasannya meneruskan takhta raja. 2. Tokoh Hikayat Indera Bangsawan Hikayat Indera Bangsawan Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan. Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari. Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Raina Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu luas. la masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri." Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala. Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa neneknya dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya. Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri. Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong. Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya. Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa. Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya. Sumber Buku Kesusastraan Melayu Klasik Siapakah yang selalu menolong Indera Bangsawan sehingga ia selalu bisa melakukan hal sulit yang diminta Raja Kabir?Hikayatmulai berkembang pada masa Melayu klasik, sehingga banyak kata yang digunakan dalam hikayat mengandung bahasa Melayu klasik yang terkadang susah untuk dimengerti. Contents hide. 1 Ciri-Ciri Hikayat. 2 Unsur-Unsur Hikayat. 3 Jenis-Jenis Hikayat. 3.1 Jenis Hikayat berdasarkan Isinya.