Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free dmmf. Untuk mengubah basis air dried adb menjadi dry, mineral matter free dmmf maka digunakan Parr Formulas ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983 dimana FC = karbon padat adb VM = zat terbang adb M = air total adb A = Abu adb S = sulfur adb Btu = british termal unit = 1,8185CV adb Nilai Kalori Batubara Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda. Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser 1743 - 1794. Kalor memiliki satuan Kalori kal dan Kilokalori Kkal. 1 Kalori sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius. http umlah_panas_pendidikan_ilmu_sains_fisika_via_internet_gratis Metode Standar Analisis Batubara Metode standar adalah suatu cara analisis dan pengujian baik dari ketelitian, kesederhanaan peralatan , maupun dari aspek-aspek lainnya. Metode ini kemudian dibakukan untuk digunakan sebagai pedoman atau standar analisis dan pengujian. Prosedur baku ini disesuaikan dengan keadaan dan sifat batubara di negara yang bersangutan. Oleh karena cara analisis yang berbeda-beda , maka International Organization for Standardization ISO telah berusaha mengembangkan cara yang dapat dipakai di seluruh dunia. Di dunia perbatubaraan, pada dasarnya terdapat dua jenis standar, yakni standar nasional dan standar international. Universitas Sumatera Utara Standar Internasional Standar internasional dikeluarkan oleh International Organization for Standardization ISO , yang tujuannya menggantikan standar nasional yang ada. Dalam standar ISO sudah tercantum prosedur penentuan standar tersebut, apakah untuk hard coal, coal, brown coal and lignites, atau untuk bahan bakar secara umum fuel. Beberapa standar ISO untuk batubara ISO 589-1981 Hard Coal –Determination of total moisture ISO 501-1981 Coal –Determination of the crucible swelling number ISO 1015-1975 Brown Coals and Lignites- Determination of moisture content Direct volumetric method ISO 1015-1976 Solid mineral fuels – Determination of gross calorific value by the calorimeter bomb method, and calculation of net calorific value. Standar Nasional Indonesia SNI Sampai saat ini telah dikeluarkan beberapa standar untuk penentuan parameter batubara Indonesia. Standar tersebut dikeluarkan oleh Dewan Standar Nasional dengan nama Standar Nasional Indonesia SNI .Standar yang dibuat dengan mnterjemahkan standar- standar ISO. Bayuseno,2005 Klasifikasi batubara a. Jenis anthrancite Warna hitam , sangat mengkilat ,kompak, kandungan karbon sangat tinggi , nilai kalori sangat tinggi, kandungan air , abu dan sulfur sangat sedikit. b. Jenis bituminous subbituminous coal Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relatif tinggi, nilai kalori tinggi, kandungan air, abu, sulfur sedikit. c. Jenis Lignite brown coal Warna hitam , sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalori rendah , kandungan air, abu, dan sulfur tinggi. Klasifikasi Batubara berdasarkan nilai kalorinya Universitas Sumatera Utara a. Batubara tingkat tinggi high rank,meliputi meta anthracite, anthracite dan semi anthracite b. Batubara tingkat menengah moderate rank meliputi low volatile , bituminos coal, high volatile coal. c. Batubara tingkat rendah low rank meliputi sub bituminous coal lignite. Analisis Batubara Pada prinsipnya dikenal dua jenis pengujian analisis buntuk kualitas batubara yaitu Analisis Prosikmat Proximate analysis dan Analisis Ultimate Ultimate AnalysisElemental Analysis 1. Analysis Proksimat , meliputi analisis a. Moisture Content b. Ash Content c. Volatile Metter d. Fixed Carbon e. Total Sulfur f. Gross Calorific Value g. Hardgrove Grindability Index 2. Analisis Ultimat , meliputi analisis a. Carbon Content b. Hidrogen Content c. Oxygen Content d. Nitrogen Content e. Sulfur Content 3. Analisis Steaming Coal a. Niai Kalori b. Ash Content Pengertian Boiler Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi Universitas Sumatera Utara steam, volumnya akan meningkat sekitar kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik. Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah 1 Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan 2 Air makeup air baku yang sudah diolah yang harus diumpankan dari lua r ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang. Sampai dengan saat ini secara umum dikenal dua macam jenis boiler yaitu Fire Tube Boiler Boiler Tabung Api dan Water Tube Boiler Boiler Tabung Air. Water tube boiler mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada fire tube boiler, khususnya yang membutuhkan panas tinggi atau tekanan tinggi, oleh karena itu boiler jenis ini banyak digunakan oleh industri yang dalam prosesnya membutuhkan tekanan Nilai Steam Boiler
4 Batubara Gambut. Jenis ini bisa dikatakan merupakan jenis terendah dari batubara mengingat memiliki bentuk yang berpori. Serta memiliki kandungan dengan kadar air di atas 75% dengan nilai kalori yang cukup rendah pada setiap batuannya. Dari semua jenis di atas hampir semua jenis tersebut terdapat di negara kita.
Tingginya jumlah sumber daya dan cadangan batubara kalori rendah, perlu untuk ditingkatkan pemanfaatannya. Penyediaan energi sampai dengan tahun 2050 diperkirakan tetap didominasi oleh energi fosil. Energi fosil yang tumbuh paling pesat adalah batubara karena sektor pembangkit listrik didominasi oleh PLTU batubara. Sebagai salah satu upaya untuk memanfaatkan batubara nilai kalori rendah yang mempunyai harga energi yang relatif lebih murah, maka dapat dilakukan alternatif pemanfaatan batubara tersebut dengan metode coal blending, coal switching, ataupun coal drying pada PLTU. Coal blending merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah ketersediaan batubara dan ketergantungan terhadap satu sumber pemasok batubara untuk PLTU di Indonesia. Dengan mengganti batubara menjadi kalori yang lebih rendah coal switching memang akan menaikkan jumlah konsumsi batu bara, namun karena harganya lebih murah, maka masih didapat penghematan secara finansial. Coal drying dapat menjadi salah satu alternatif untuk memperbaiki kualitas batubara yang mempunyai kandungan moisture tinggi, sehingga batubara tersebut dapat digunakan untuk bahan bakar PLTU eksisting. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the authors.... karena besarnya manfaatnya pada kehidupan manusia. Namun, penyediaan energi sampai dengan tahun 2050 diperkirakan tetap didominasi oleh energi fosil batu bara yang tumbuh paling pesat [4]. Pemintaan energi listrik apabila tidak diikuti dengan ketersediaan sumber energi listrik akan menjadi masalah besar. ...Arif Wahyu WibowoIbrahim NawawiDwi NoviantoPenelitian ini merancang alat ukur daya listrik satu fase. Variabel yang diukur adalah tegangan, arus, frekuensi, faktor daya, daya semu, daya aktif dan daya reaktif. ZMPT101B dan SCT013-005 digunakan sebagai transduser tegangan dan arus. Luaran transduser dikuatkan dengan Penguat Common Emitter. Frekuensi diukur dengan metode Zero Crossing sedangkan beda fase diukur dengan membandingkan gelombang tegangan dan arus dengan rangkaian komparator dan XOR. Hasil pengukuran, dibandingkan dengan hasil pengukuran Power Quality Hioki 3286. Dari pengujian, diperoleh persentase rata-rata galat error tegangan 0,26%, arus 2,44%, frekuensi 0,32% dan beda fase sebesar 7,19%. Selain dibandingkan dengan alat ukur acuan, hasil pengukuran juga dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan persentase galat rata-rata daya semu 0,44%, daya aktif 0,8% dan daya reaktif sebesar 0,44%.... kkal/kg, batubara kalori tinggi kkal/kg dan batubara kalori sangat tinggi > kkal/kg Wibowo dan Windarta, 2020. ...Datin Fatia UmarListon SetiawanBatubara peringkat rendah umumnya memiliki kadar air yang tinggi dan nilai kalori yang rendah, sehingga batubara jenis ini disebut juga dengan batubara kalori rendah. Penggunaan batubara kalori rendah saat ini masih terbatas, karena karakteristiknya yang kurang menguntungkan jika digunakan sebagai bahan bakar langsung. Penurunan kadar air dengan metoda evaporasi melalui proses pemanasan yang diikuti dengan pelapisan menggunakan residu minyak bumi, merupakan salah satu cara untuk menigkatkan kualitas batubara kalori rendah. Percobaan dilakukan pada skala laboratorium menggunakan oven dan otoklav pada suhu 100, 125 dan 150°C selama 30, 60 dan 90 menit. Pemanasan dengan oven batubara dipanaskan tanpa tekanan, sedangkan pemanasan dengan otoklav batubara dicampur dengan kerosin dan residu pada tekanan maksimal 3 Bar. Hasil menunjukkan bahwa pemanasan menggunakan oven mampu menurunkan kadar air total air bawaan + air bebas sebear 95,16% sedangkan dengan menggunakan otoklav sebesar 95,12% pada suhu dan waktu yang sama, yaitu suhu 150°C selama 90 menit. Pemanasan dengan otoklav memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pemanasan menggunakan oven pada kondisi suhu dan waktu yang sama. Pada suhu 125°C selama 60 menit, batubara kalori rendah kkal/kg dalam air direid basis adb.Xuanyou LiLing GaoDongling YunJing WuThis paper presents an optimized structure to improve the performance of rotary steam tube dryer by assembling the so called 'Y' shape flights. A verified CFD model, which was developed and validated in the previous work, was employed to verify the optimized structure by the comparisons of concentration distribution, velocity distribution and heat transfer coefficient. The simulation results showed that assembling 'Y' shape flights in a rotary steam tube dryer is an effective approach to increase material filling ratio and heat exchanging area. The optimized construction is able to reduce the wear of the material to the tube surface, due to the low maximum particle velocity. The optimized structure yields a uniform particle velocity distribution and high average surface heat transfer coefficient of tubes which is about ten times of that without Piko A. S. MujumdarDrying of low-rank coal LRC is carried out to increase its caloric value and facilitate its transport. Wet coal is difcult to load or unload from railway cars owing to freezing, which is a problem in colder climates. The presence of moisture causes a reduction in friability of coal, makes it difcult to control blending operations, worsens the quality of grinding if coal is ground, and impedes separation and classication as well as the pneumatic transport of pulverized coal. Friable coal suitable for combustion in modern steam boilers is obtained only when the moist coal is dried. Coal must also be dried for the following processes 1 briquetting, 2 coking, 3 gasication, 4 low-temperature carbonization, 5 liquid fuel synthesis, and others. The nal moisture content requirement for coal is different depending on the process in which it is used. The following is a summary of approximate ranges of moisture content of coal required for various AravindV. MuthukumarS. KumaravelE. SivaprakashTNPL Tamilnadu Newsprint and papers limited unit-2 has two boilers; each boiler is 90 Tons per hour capacity. These are single drum, natural circulation water tube, under bed and over bed firing, top supported pressure parts and bed plate design atmospheric fluidized bed combustion AFBC boiler. Imported coal is the fuel for these boilers, for better operation, a performance assessment study of these boilers has been made, also HP high pressure heater is a special type of heat exchanger designed for recovering of heat from extraction steam to preheat feed water. They provide efficiency gain by increasing the initial water temperature. A study has been made how the HP heater can increase the efficiency of boilers. For HP heater motive steam from turbine extraction is used after generation of Tanetsakunvatana Vladimir KuprianovThis paper presents the results of an experimental study on a 300-MW boiler unit fired with Thai lignite. Effects of operating conditions excess air ratio and unit load and fuel quality on the boiler heat losses and thermal efficiency as well as on the gaseous CO2, CO, NOx and SO2 and particulate matter PM emissions from the boiler unit are discussed. The boiler thermal efficiency was weakly affected by the excess air ratio, unit load and fuel lower heating value, varying from to for wide ranges of the above variables. In all the tests, the NOx, SO2 and PM emissions were below the national emission standards for these pollutants. Quite low level of the SO2 emission was secured by the high-efficiency flue gas desulphurization system. The CO emissions of rather small values were detected only at extremely low excess air ratios. The emission rate and specific emission per MWh of electricity produced for NOx, SO2 and CO were quantified using experimental emission concentrations of the pollutants. Meanwhile, the emission characteristics for CO2 were determined with the use of fuel-C and fuel consumption by the boiler. In addition, the emission rate and specific emission for PM were estimated by taking into account the actual fuel-ash content and fuel consumption by the boiler, as well as the effects of SO2 adsorption by fly ash in the boiler gas ducts and overall ash-collecting efficiency of the electrostatic precipitators and flue gas desulphurization system. Elevated CO2 and NOx emissions from the 300-MW boiler units firing Thai lignite are of great concern.ArticlePDF AvailableAbstractDetermining Calory Value of Coal With Calorimeter Parr 6200 Coal is a source of energy utilized by the process of making cement. This type of coal determines the quality and calorific value of the coal. Determination of calorific value on coal is done by using calorimeter. Coal types studied were A and B coal mixture with ratio 8020, 7030, 6040, and 5050. The results showed that the mixture of A and B coal with a ratio of 8020, 7030, 6040, and 5050 can be used for combustion in the manufacture of cement in the furnace because it has a calorific value above 6000 in accordance with the standards of the cement factory . Water content affects the calorific value of coal, the higher of moisture content, the lower the heating Coal, Calorimeter, Heat valueABSTRAK Batubara merupakan sumber energi yang dimanfaatkan oleh proses pembuatan semen. Jenis batubara menentukan kualitas dan nilai kalor dari batubara tersebut. Penentuan nilai kalor pada batu bara dilakukan dengan menggunakan kalorimeter. Jenis batubara yang diteliti yaitu Campuran batubara A dan B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran batubara A dan B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050 dapat digunakan untuk pembakaran dalam pembuatan semen di tanur bakar karena memiliki nilai kalori diatas 6000 sesuai dengan standar perusahan pabrik semen. Kadar air mempengaruhi nilai kalori batubara, yaitu semakin tinggi kadar air semakin rendah nilai Kunci Batu Bara, Kalorimeter, nilai kalor Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. PENETAPAN NILAI KALORI DALAM BATUBARA DENGAN KALORIMETER PARR 6200 Finda Pratiwi Istomo1*, Ameylia Tristiasti2 1 Program Studi Kimia, Universitas Nusa Bangsa JL. Sholeh Iskandar Km. 4, Cimanggu, Tanah Sareal, Bogor 16166 2Laboratorium Batubara QARD Indocement Tunggal Prakarsa, Jalan Mayor Oking, Citeureup, Kabupaten Bogor *e-mail pratiwifinda31 ABSTRACT Determining Calory Value of Coal With Calorimeter Parr 6200 Coal is a source of energy utilized by the process of making cement. This type of coal determines the quality and calorific value of the coal. Determination of calorific value on coal is done by using calorimeter. Coal types studied were A and B coal mixture with ratio 8020, 7030, 6040, and 5050. The results showed that the mixture of A and B coal with a ratio of 8020, 7030, 6040, and 5050 can be used for combustion in the manufacture of cement in the furnace because it has a calorific value above 6000 in accordance with the standards of the cement factory . Water content affects the calorific value of coal, the higher of moisture content, the lower the heating value. Keywords Coal, Calorimeter, Heat value ABSTRAK Batubara merupakan sumber energi yang dimanfaatkan oleh proses pembuatan semen. Jenis batubara menentukan kualitas dan nilai kalor dari batubara tersebut. Penentuan nilai kalor pada batu bara dilakukan dengan menggunakan kalorimeter. Jenis batubara yang diteliti yaitu Campuran batubara A dan B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran batubara A dan B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050 dapat digunakan untuk pembakaran dalam pembuatan semen di tanur bakar karena memiliki nilai kalori diatas 6000 sesuai dengan standar perusahan pabrik semen. Kadar air mempengaruhi nilai kalori batubara, yaitu semakin tinggi kadar air semakin rendah nilai kalor. Kata Kunci Batu Bara, Kalorimeter, nilai kalor PENDAHULUAN Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Batu bara merupakan batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, terutama dari sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan karbon Carboniferus Period dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 290 juta sampai 360 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil Billah, 2010. Batubara adalah salah satu sumber energi yang penting bagi dunia. Batubara banyak memainkan peran selama berabad-abad, tidak hanya membangkitkan listrik namun juga merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan-kegiatan industri seperti industri semen Rendy et al., 2014. Batubara yang digunakan sebagai bahan bakar diharapkan memiliki nilai kalor yang tinggi untuk mendapatkan efisiensi pembakaran Lutfy et al., 2013 Indonesia termasuk negara dengan sumber tambang batu bara terbesar di dunia. Cadangannya diperkirakan 36,3 milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Widagdo, 2004. Salah satu pemanfaatan batubara adalah digunakan sebagai bahan bakar di Penetapan Nilai Kalori dalam Batubara dengan Kalorimeter Parr 6200…………………………………………….. 84 Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, Juli 2017, 83 – 90 industri-industri, khususnya industri semen. Dalam industri pembuatan semen batubara digunakan sebagai bahan bakar dalam kiln untuk membentuk klinker yang merupakan bahan dasar semen. Secara umum, kegiatan pabrik semen terdiri atas tiga tahap, yaitu penambangan bahan baku, proses produksi semen dan proses pemasaran. Proses produksi secara khusus terdiri dari 4 tahap yaitu penggilingan bahan baku, pembakaran bahan semen, penggilingan akhir dan pengantongan semen. Kegiatan pembakaran dalam proses produksi merupakan proses inti, karena sebagian besar energi diperlukan dalam proses ini Yakub, 2006. Jenis batubara menentukan kualitas dan nilai kalor dari batubara tersebut. Nilai kalor dapat di analisis salah satunya dengan menggunakan alat kalorimeter. Kalorimeter adalah suatu metode yang mempelajari jumlah panas/kalor berdasarkan perubahan temperatur. Kalorimeter bom adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan panas yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar dan oksigen pada volume tetap. Jenis batubara yang digunakan tergantung dari nilai kalori yang dipakai dalam industri semen tersebut. Dalam Industri khususnya dalam industri semen nilai kalor yang diperbolehkan umumnya mengikuti aturan dari pabrik tersebut Yakub, 2006. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu Sampel batubara A, sampel B, sampel batubara campuran A dan B, larutan Na2CO3 0,07 N, indikator Merah Metil 0,02 %, air suling. Peralatan yang digunakan yaitu Neraca digital Sartorius, sudip, wadah sampel, kalorimeter bom Parr 6200, Vessel, buret, labu semprot, cawan petri, oven Fisher 1050C, desikator. Metode 1. Pencampuran Batubara Sampel Batubara dianalisis dengan perbandingan A B 8020, 7030, 6040, dan 5050 kemudian di homogenkan. 2. Penentuan Kadar Air Suhu oven dinaikkan sampai 105 – 1100C. Cawan petri kosong yang kering dan bersih ditimbang bersama tutupnya sampai ketelitian 0,1 mg. Sampel sebanyak ±1,0000 gram ditimbang sampai terbentuk lapisan, tutup dan timbang lagi sampai ketelitian 0,1 mg. Cawan petri berisi sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105o ± 2 selama ± 1 jam. Setelah 1 jam, cawan petri berisi sampel dikeluarkan dari oven dan didinginkan ke dalam desikator. Setelah ±15 menit, cawan petri ditimbang. 3. Penentuan Nilai Kalori Kalorimeter BOMB dengan tekanan gas, regulator, volume air pendingin dan aliran listrik dengan kondisi yang baik. Alat dinyalakan dengan menekan tombol hitam yang ada dibelakang alat Aliran gas oksigen dibuka dengan cara memutar pulp hitam ke kiri. Alat di stabilkan tunggu sampai 20 menit. Sampel ditimbang seberat ± gram ke dalam krusibel. Krusibel ditempatkan pada penyangga elektroda dan atur kawat pemantik tersentuh/kontak dengan sampel. Combustion chamber dengan bomb cap disatukan dengan cara memutar bomb cap ke kanan sampai kencang, dipastikan combustion chamber dan bomb cap sesuai dengan pasangannya. Vessel diisi gas oksigen hingga tekanan maksimum 30 atm tekan tombol FILL. Vessel dimasukkan ke dalam bomb bucket dan isi dengan 2 liter aquadest dari pipet tank. Elekroda pada terminal nut dimasukan dan pastikan kedua elektroda tersebut terkoneksi dengan terminal nut. Bomb bucket lid dipastikan tertutup rapat, tombol [START] ditekan, kemudian dipilih ID bomb dan dimasukkan berat sampel. Sampai proses analisis selesai dan dicatat hasil analisis. Bomb bucket yang berisi vessel dikeluarkan dari bomb jacket. Gas CO2 dibuang dengan cara memutar knop yang berada di bomb cap. Bagian dalam bomb dibilas dengan air. Semua kawat yang tidak terbakar dari elektroda dibersihkan dan cuci kepala bomb dengan air. Air cucian dititrasi dengan larutan standard Na2CO3 menggunakan indikator Merah Metil hingga mencapai titik akhir berwarna Orange-Merah. Catat volume penitar. Tombol REPORT ditekan dan dimasukkan nomor contoh. Volume penitar dan Total Sulphur TS %ad dimasukkan. 85 ……………………………………………..Penetapan Nilai Kalori dalam Batubara dengan Kalorimeter Parr 6200 Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, Juli 2017, 83 – 90 4. Perhitungan Analisis Kadar Air % Kadar Air = Keterangan A = Bobot contoh gram B = Bobot Cawan kosong gram C = Bobot Cawan + sampel setelah dikeringkan 105o gram Analisis Nilai Kalori CVdb = Keterangan CVdb = Nilai Kalori dalam dry basis cal/gram CVadb = Nilai Kalori dalam air dried basis cal/gram RM = Residual Moisture Kadar Air % Gross Calorivic Value = Keterangan Ee = Energi Equivalen cal/oC ΔT = perbedan temperatur awal dan akhir oC e1 = Koreksi asam cal e2 = Koreksi Fuse cal e3 = Koreksi sulfur cal HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Batubara Hasil analisis kadar air sampel babtubara A dan B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050 ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2. Peningkatan kadar air akan mengurangi suhu pembakaran maksimum dan meningkatkan waktu yang diperlukan untuk pembakaran yang sempurna dalam tungku Yuliah et al, 2010. Nilai kadar air dari batubara A dan B tergolong berbeda, dikarenakan kedua batubara tersebut dari jenis yang berbeda. Batubara A memiliki kadar air yang tergolong tinggi, sedangkan untuk B memiliki kadar air yang tergolong rendah. Batubara A ini tergolong jenis sub-bituminus karena memiliki nilai kalor yang rendah dan mengandung banyak air. Batubara B tergolong jenis bituminous karena memiliki nilai kalor yang tinggi serta kandungan airnya yang sedikit. Maka dari itu, dilakukan pencampuran dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050 yang hasilnya dapat dilihat dari Tabel 2. Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Batu Bara A dan B Keterangan RM Residu Moisture Kadar Air Penetapan Nilai Kalori dalam Batubara dengan Kalorimeter Parr 6200…………………………………………….. 86 Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, Juli 2017, 83 – 90 Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Air Batu Bara Campuran Dari Tabel 2 didapat hasil dari masing-masing perbandingan campuran batubara A dan B tergolong konstan. Gangguan utama kandungan moisture dalam pembakaran ialah terbuangnya sebagian energi untuk menguapkan air tersebut, baik yang terjadi dalam tungku maupun yang terjadi selama penggerusan. Hilangnya energi ini diperkirakan 0,3 MJ/kg air atau 0,12% dari nilai kalori untuk setiap penguapan 1% air. Sebaliknya, adanya sejumlah tertentu air selama pembakaran sangat berguna dalam mengendalikan NO2 dan pembentukan asap ASTM, 2016. Berdasarkan standar kualitas yang diperbolehkan di Pabrik Semen, batas maksimal nilai kadar air yang diperbolehkan adalah 12%, sedangkan dari Tabel 2 diketahui bahwa nilai kadar air dari masing-masing perbandingan tersebut masuk dalam kualitas pabrik semen. Analisis Nilai Kalor Batubara Nilai kalor dari batubara A dan B tergolong berbeda. Jika pada nilai kadar air batubara A memiliki kadar air yang tinggi namun memiliki nilai kalor yang rendah di banding batubara B. Begitu juga dengan batubara B memiliki nilai kalor yang tinggi dan kadar air yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil pada Tabel 4 batubara A B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050 menunjukan bahwa nilai kalor yang didapat sesuai dengan standar pabrik semen yang telah ditetapkan. Sebagai bahan bakar, batubara dapat dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap di dalam suatu ketel uap atau boiler PLTU, untuk membakar bahan pembuat klingker di pabrik semen dan sebagai bahan bakar di industri-industri kecil. Pada hakikatnya, semua batubara dapat dibakar, tetapi dalam pemanfaatan sebagai bahan bakar tertentu perlu dipenuhi berbagai persyaratan tertentu pula, misalnya sebagai bahan bakar di PLTU diperlukan batubara yang mempunyai kandungan ash yang lebih kecil dari 30 % Abdul, 2010. Perbandingan campuran antara batubara AB 87 ……………………………………………..Penetapan Nilai Kalori dalam Batubara dengan Kalorimeter Parr 6200 Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, Juli 2017, 83 – 90 Tabel 3. Hasil Analisis Nilai Kalori Batu Bara A dan B Tabel 4. Hasil Analisis Nilai Kalori Batu Bara Campuran Nilai kalor batubara yang dipergunakan sebagai bahan bakar merupakan komponen utama yang harus dipisahkan. Salah satu komponen yang menentukan harga batubara selain dari nilai kalorinya bisa juga dilihat dari nilai ash, sulphur, HGI, dan partikel halus. Pemilihan batubara dengan nilai kalor yang lebih tinggi akan mengurangi biaya penyediaan fasilitas penerimaan, penanganan, dan penggilingan batubara karena jika nilai batubara sesuai dengan spesifikasi perusahaan tersebut maka pembelian batubara akan berkurang dan juga dapat menghemat biaya produksi juga. Reaksi dalam kalorimeter bomb berlangsung pada volume dan tekanan tetap. Tekanan yang ada didalam alat sudah diatur tergantung standar dari masing-masing pabrik semen. Dalam hal ini pabrik semen mengacu pada ASTM D5865 yang menggunakan tekanan pada alat bomb sebesar 20-30atm. Kalorimeter bomb merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menentukan nilai suatu kalor batubara. Nilai kalori batubara yang telah dianalisis menunjukkan bahhwa campuran batubara A & B dengan perbandingan 8020, 7030, 6040, dan 5050 bisa digunakan Perbandingan campuran antara batubara AB Penetapan Nilai Kalori dalam Batubara dengan Kalorimeter Parr 6200…………………………………………….. 88 Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, Juli 2017, 83 – 90 dalam proses pembakaran semen karena memiliki nilai kalor diatas 6000 ASTM, 2016. Reaksi yang terjadi dalam wadah bomb Batubara + O2 → Abu + CO2g + H2Og +SO3g + NO2 +Kalori Gangguan utama kandungan moisture dalam pembakaran ialah terbuangnya sebagian energi untuk menguapkan air tersebut, baik yang terjadi dalam tungku maupun yang terjadi selama penggerusan. Hilangnya energi ini diperkirakan 0,3 MJ/kg air atau 0,12% dari nilai kalori untuk setiap penguapan 1% air. Sebaliknya, adanya sejumlah tertentu air selama pembakaran sangat berguna dalam mengendalikan NO2 dan pembentukan asap ASTM, 2016 . Batubara yang digunakan adalah jenis A dan B. Batubara A memiliki nilai kalori yang tergolong rendah, sedangkan untuk batubara B memiliki nilai kalori yang lumayan tinggi. Sehingga akan dihasilkan campuran batubara dengan nilai kalori yang sedang. Pencampuran digunakan sampai perbandingan A B 5050, untuk menjaga kadar sulfur yang tinggi, jika kadar sulfur terlalu tinggi akan menyebabkan coating pada proses pembakaran semen. Proses coating adalah proses pengkerakan yang terjadi didalam kiln dimana pada saat pembuatan semen jika suhu pembakaran semen tidak stabil dapat menyebabkan gas buang yang tinggi. Selain proses coating sulfur dengan kadar yang tinggi juga dapat menyebabkan pengkaratan pada dinding kiln. Penggunaan jenis batubara di dalam plant tergantung atas permintaan dari plant tersebut dan tergantung dari kesanggupan plant mampu atau tidak menerima kandungan dari batubara tersebut. Maka dari itu proses pancampuran batubara dilakukan agar hasil yang didapat bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Selain menetapkan nilai kalori pada berbagai campuran batubara dengan Kalorimeter Bom PARR 6200, dilakukan juga penelitian mengenai hubungan kadar air dengan nilai kalori pada batubara, dan didapatkan grafik seperti pada Gambar 5. 57005800590060006100620063006400650066008020 7030 6040 5050Nilai Kalor Jenis Campuran Batubara AB hv uji hv teori hv uji dbGambar 1. Nilai kalor campuran batubara A dan B 89 ……………………………………………..Penetapan Nilai Kalori dalam Batubara dengan Kalorimeter Parr 6200 Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, Juli 2017, 83 – 90 Gambar 5 dan 6 menunjukan bahwa semakin rendah kadar air RM, maka nilai kalori CV semakin tinggi. Hal ini terjadi karena pada saat batubara disemprotkan kedalam kiln kandungan air yang ada didalam batubara tersebut menguap untuk mendapatkan kalor dari batubara itu sendiri, sehingga kalor yang dihasilkan menjadi rendah ataupun sebaliknya. Perbandingan perhitungan dengan teori dilakukan untuk memastikan analisis yang sudah dilakukan benar. Kadar air antara teori dan praktik terjadi perbedaan disebabkan batubara pada kondisi halus sangat peka terhadap kelembaban lingkungan, sehingga batubara sangat cepat menyerap air dan melepas air. Oleh karena itu, untuk memastikan analisis yang dilakukan sesuai dengan nilai sebenarnya, maka perlu dilakukan uji monitoring setiap harinya dengan sampel standar batubara. Penyimpanan sampel batubara juga harus diperhatikan karena batubara bersifat higroskopis dan mudah meyerap air dari udara sekitar. Perhitungan dan praktik kita anggap benar dan batubara dianggap sama ketika dihitung dalam kondisi bebas air nilai kalor yang didapat sama 1500 cal/g, adding binder to the propellant composition increases the heat of combustion. Ammonium nitrate-based propellant has the highest heat of combustion value of 3,788 cal/g. The optimum binder composition in the propellant was 33% w/w. Based on this study, local source of nitrate compounds has potential to be used for development of propellant, especially in Indonesia. Therefore, it can encourage rocket research in Indonesia as a capital for the development of defense equipment to be less expensive.... Senyawa asam sulfat yaitu proses pemanasan didalam tanah yang terurai menjadi H2S yaitu sebagai kandungan keasaman batubara. Pada reaksi dibawah ini Istomo, F. P., & Tristiasti, A., 2017 ...Shima Parameswari Adji Subandrio SubandrioFadliahRiskaviana KurniawatiBatubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yaitu batuan sedimen yang mudah terbakar, proses pembentukan batubara berasal dari endapan organik yang merupakan hasil dari dedaunan, batang pohon yang prosesnya dimulai dari pembatubaraan. Susunan batubara terdiri dari karbon, hidrogen dan di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi tetapi kegunaannya masih belum optimal, salah satu faktor belum optimalnya tingginya kadar sulfur batubara yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan masyarakat. Sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas batubara yang dapat ditingkatkan berdasarkan analisis ultimateyang berfokus pada kadar sulfur batubar Untuk peningkatan kualitas batubara salah satunya dapat dilakukan dengan metode flotasi dan dilanjutkan dengan uji kadar metode escha. Variabel yang akan akan di analisis yaitu variasi ukuran partikel 40mesh, 70 mesh dan 100 mesh, dan variasi pH 5,5 dan 6,5. Sehingga diperoleh kadar sulfur batubara yang optimal dengan ukuran partikel 100 mesh pH dengan nilai sulfur batubara YuliahSri SuryaningsihKhoirima UlfiSekam padi, sebagai bahan biomassa yang selama ini dibuang atau dibakar sebagai limbah, merupakan sumber karbon potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Kandungan energinya dapat lebih intensif jika dikemas dalam bentuk yang ringkas dan efisien. Dalam penelitian ini, melalui proses karbonisasi sekam padi dibuat menjadi arang untuk kemudian dikemas dalam bentuk briket. Untuk meningkatkan nilai kalornya diberi campuran arang batok kelapa sebanyak 20%. Tepung tapioka sebagai bahan perekat ditambahkan secara bertahap untuk mendapatkan briket dalam keadaan pejal dengan kandungan nilai kalor maksimum. Penentuan kadar air yang hilang dan nilai volatile matter serta menganalisis pengaruhnya terhadap nilai kalor yang dikandungnya dilakukan untuk mengetahui standar mutu bio-briket yang dihasilkan. Setelah melalui proses kompresi dan pengeringan, diketahui bahwa briket dengan kadar perekat 4% dan 10% memiliki kandungan energi panas tertinggi yaitu sebesar 4132 kJ/ G. SpeightThe Handbook deals with the various aspects of coal analysis and provides a detailed explanation of the necessary standard tests and procedures that are applicable to coal in order to help define usage and behavior relative to environmental issues. It provides details of the meaning of various test results and how they might be applied to predict coal behavior during use. Emphasis is on ASTM standards and test methods but ISO and BSI standards methods are included. Chapter headings are Coal analysis; Sampling and sample preparation; Proximate analysis; Ultimate analysis; Mineral matter; Physical and electrical properties; Thermal properties; Mechanical properties; Spectroscopic properties; Solvent properties; and Pengaruh Nilai Kalori Dan Heat Rate Laju Kalor Batubara Terhadap Efisiensi Termal Pltu-Embalut 2x25 Mw Pt Cahaya Fajar KaltimA HadiW NugrohoZ DianaHadi A, Nugroho W, Z Diana F. 2010. Analisis Pengaruh Nilai Kalori Dan Heat Rate Laju Kalor Batubara Terhadap Efisiensi Termal Pltu-Embalut 2x25 Mw Pt Cahaya Fajar Kaltim. Universitas Mulawarman. Kalimantan Kimia Analitik Dasar. PT GramediaW HarjadiHarjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Low Rank Coal dengan Menggunakan Metode Pemanasan tanpa Kehadiran OksigenA B LutfyA GentaM RachmimoellahK T Dan RomanusNenuLutfy, A. B, Genta, A., M. Rachmimoellah, dan Romanus, K. T. Nenu. 2013. Pengeringan Low Rank Coal dengan Menggunakan Metode Pemanasan tanpa Kehadiran Oksigen. Institut Teknologi Sepuluh nilai kalor batubara peringkat rendah dengan menggunakan minyak tanah dan minyak residuB MustasimMustasim, B. 2007. Peningkatan nilai kalor batubara peringkat rendah dengan menggunakan minyak tanah dan minyak residu, Batubara dalam Penentuan Kualitas Batubara untuk Pembakaran bahan baku semen Di PTRendyRendy et al, 2014. Analisis Batubara dalam Penentuan Kualitas Batubara untuk Pembakaran bahan baku semen Di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, BandungStach's Textbook of Coal PetrologyE StachG H Duncan MurchisonF TaylorZierkeStach, E., Duncan Murchison, G. H. Taylor, F. Zierke. 1982. Stach's Textbook of Coal Petrology, Gebruder Borntraeger, Dan Pemanfaa Batubara Dan Pemanfaatannya. UGM Penyimpanan Pangan. Arcan. Jakarta Widagdo, SR H SyariefHalidSyarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan. Jakarta Widagdo, S. 2004. Batu bara Dilema antara Energi Strategis Nasional atau Komoditi.
RpwkQ.