SELASA 14 JUNI 2016YOGYAKARTA --- Buku karya Bung Karno berjudul Sarinah, mengungkap betapa pentingnya peran perempuan dalam masyarakat. Perannya bersama. Tren. Warung Kita Mulai Terima Pesanan Sembako Untuk Ramadhan Pemerintah Diminta Antisipatif Terkait Harga dan Stok Daging Jelang Ramadhan ASPIDI : 65 Persen Kebutuhan Nasional
Apakah Dalam Keluargamu Ada Perubahan Peran Laki Laki Dan Perempuan – Keluarga dianggap sebagai tempat yang paling aman dan nyaman bagi kebanyakan orang. Keluarga adalah tempat dimana kita dapat mencari perlindungan, kedamaian, dan cinta. Di dalam keluarga, peran laki-laki dan perempuan sangat penting. Mereka memiliki tugas yang berbeda, dan mereka berkolaborasi untuk menciptakan suasana yang harmonis di dalam keluarga. Dahulu, peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga sangat kental dan konvensional. Laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah dan pemimpin rumah tangga, sementara perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga dan membesarkan anak-anak. Namun, seiring berjalannya waktu, peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah mengalami perubahan. Dalam keluarga saya, peran laki-laki dan perempuan juga telah berubah. Ibuku, misalnya, adalah seorang ibu rumah tangga yang kuat dan mandiri. Ia mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan membesarkan anak-anak dengan baik. Sementara itu, ayah saya adalah seorang pencari nafkah dan juga ikut serta dalam beberapa pekerjaan rumah tangga. Selain itu, ayah saya juga tidak malu untuk membantu ibu saya dalam membesarkan anak-anak. Ayah saya juga selalu setia membantu ibu saya dalam membuat keputusan-keputusan penting bagi keluarga. Dengan demikian, dalam keluarga kami, laki-laki dan perempuan bekerja sama dan mengambil bagian dalam menciptakan suasana yang harmonis. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. Dengan laki-laki dan perempuan yang saling bekerja sama dan mengambil bagian dalam menjalankan rumah tangga, keluarga menjadi lebih kuat dan stabil. Ini telah membantu dalam pembangunan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman. Meskipun telah banyak perubahan dalam peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu cara yang paling benar untuk menjalankan sebuah keluarga. Setiap keluarga akan memiliki cara mereka sendiri untuk mengatur dan mengelola tugas-tugas dalam keluarga. Dengan begitu, setiap keluarga dapat mencapai tujuan mereka dan membangun keluarga yang kuat dan harmonis. Penjelasan Lengkap Apakah Dalam Keluargamu Ada Perubahan Peran Laki Laki Dan Perempuan1. Peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah berubah seiring berjalannya waktu. 2. Di keluarga saya, ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang mandiri dan kuat, sementara ayah juga ikut serta dalam beberapa pekerjaan rumah tangga. 3. Ayah saya juga tidak malu untuk membantu ibu saya dalam membesarkan anak-anak dan membuat keputusan-keputusan penting bagi keluarga. 4. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. 5. Tidak ada satu cara yang paling benar untuk menjalankan sebuah keluarga, karena setiap keluarga akan memiliki cara mereka sendiri untuk mengatur dan mengelola tugas-tugas dalam keluarga. 6. Dengan laki-laki dan perempuan yang saling bekerja sama dan mengambil bagian dalam menjalankan rumah tangga, keluarga menjadi lebih kuat dan stabil. 1. Peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah berubah seiring berjalannya waktu. Keluarga adalah salah satu institusi yang paling kuat dalam masyarakat, dan sebagai tempat untuk mendapatkan dukungan dan pengalaman kehidupan yang berharga. Sebagai tempat yang paling penting bagi kehidupan sosial, keluarga telah dihadapkan dengan berbagai perubahan, termasuk perubahan peran laki-laki dan perempuan. Seiring berjalannya waktu, peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah berubah secara signifikan. Sebelumnya, peran laki-laki dalam keluarga lebih ditujukan untuk menyediakan kebutuhan keluarga dan menjadi pendukung utama. Mereka dianggap sebagai kepala keluarga yang membuat keputusan penting untuk keluarga dan juga menjadi penyangga utama keluarga. Peran perempuan biasanya lebih terbatas pada tugas-tugas domestik dan tanggung jawab mengurus anak. Namun, seiring berjalannya waktu, isi dan struktur peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah berubah. Laki-laki dan perempuan kini memiliki peran yang lebih seimbang dalam berbagai aspek kehidupan keluarga. Laki-laki kini lebih bertanggung jawab untuk menyediakan dan mengurus anak, serta membantu ibu rumah tangga dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Sedangkan peran perempuan telah berkembang, sekarang mereka juga dapat menjadi pendukung utama dan pencari nafkah bagi keluarga. Mereka juga dapat menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan keluarga dan menjadi pendukung utama anggota keluarga lainnya. Kebutuhan keluarga modern yang semakin kompleks dan membutuhkan keterlibatan kedua belah pihak juga memiliki dampak besar terhadap perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Sebagai contoh, laki-laki dan perempuan kini dapat bekerja sama untuk mengurangi beban kerja dan mengatur waktu untuk mencapai tujuan keluarga. Dengan perubahan ini, laki-laki dan perempuan dalam keluarga kini memiliki peran yang lebih seimbang. Mereka dapat bekerja sama untuk menangani masalah dan bertanggung jawab untuk berbagi tugas sehari-hari. Hal ini telah membantu menciptakan keluarga yang lebih harmonis dan sehat. Jadi, perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah terjadi seiring berjalannya waktu. Peran laki-laki dan perempuan kini lebih seimbang dan saling terkait, yang membantu menciptakan keluarga yang lebih harmonis dan sehat. Dengan adanya perubahan ini, masyarakat dapat menikmati manfaat yang lebih baik dari keluarga modern. 2. Di keluarga saya, ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang mandiri dan kuat, sementara ayah juga ikut serta dalam beberapa pekerjaan rumah tangga. Keluarga adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Mereka adalah orang-orang yang berdampingan dan saling menghormati satu sama lain. Terutama di dalam keluarga, peran laki-laki dan perempuan akan berbeda. Dalam keluarga saya, ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang mandiri dan kuat, sementara ayah juga ikut serta dalam beberapa pekerjaan rumah tangga. Jadi, dalam keluarga kami, ayah dan ibu berbagi tanggung jawab untuk menjaga rumah tangga. Ayah saya adalah seorang pekerja profesional yang bekerja di luar rumah. Dia memiliki pekerjaan yang menuntut banyak waktu dan konsentrasi, sehingga dia jarang ada di rumah. Namun, meskipun dia jarang ada di rumah, dia masih berpartisipasi aktif dalam beberapa pekerjaan rumah tangga. Dia sering membantu ibu saya dengan mencuci piring, menyapu lantai, dan membantu dalam urusan lainnya. Selain itu, dia juga membantu saya dan adik saya dalam beberapa tugas rumah tangga yang lebih berat. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga yang mandiri dan kuat. Dia menangani semua pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah, memasak, membeli barang-barang kebutuhan, dan lain sebagainya. Dia juga bertanggung jawab untuk menjaga keluarga kami dan menjaga anak-anaknya. Dia juga mengatur jadwal keluarga kami dan bertanggung jawab atas semua aktivitas kami. Dalam keluarga saya, ayah dan ibu berbagi tanggung jawab untuk menjaga rumah tangga dan anak-anaknya. Mereka membentuk tim manajemen yang kuat dan berbagi tanggung jawab untuk mencapai tujuan. Ayah saya berpartisipasi aktif dalam beberapa pekerjaan rumah tangga, sementara ibu saya menangani sebagian besar pekerjaan rumah tangga. Ini memungkinkan kami untuk mencapai keseimbangan dalam keluarga kami. Dalam keluarga saya, peran laki-laki dan perempuan telah berubah seiring berjalannya waktu. Ini terutama berlaku untuk ibu saya. Dia telah berhasil menjadi seorang ibu rumah tangga yang mandiri dan kuat. Dia bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa perlu bantuan ayah saya, meskipun ayah saya masih ikut serta dalam beberapa pekerjaan rumah tangga. Ini menunjukkan bahwa dalam keluarga saya, peran laki-laki dan perempuan telah berubah dan keseimbangan telah tercapai. 3. Ayah saya juga tidak malu untuk membantu ibu saya dalam membesarkan anak-anak dan membuat keputusan-keputusan penting bagi keluarga. Keluarga adalah tempat dimana laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda dan saling melengkapi. Di masa lalu, peran laki-laki dan perempuan di keluarga sangat jelas. Laki-laki berperan sebagai penyangga keluarga dan perempuan berperan sebagai pendukung keluarga. Namun, di era modern ini, peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah berkembang. Di keluarga saya, contohnya, ada perubahan yang cukup signifikan dalam peran laki-laki dan perempuan. Ayah saya adalah sosok yang sangat modern dan melakukan banyak hal untuk membantu ibu saya. Dia selalu berbagi tanggung jawab dalam mengasuh anak-anak. Dia juga menyediakan banyak hal untuk mendukung kebutuhan keluarga. Selain itu, ayah saya juga tidak malu untuk membantu ibu saya dalam membesarkan anak-anak dan membuat keputusan-keputusan penting bagi keluarga. Dia selalu memiliki pandangannya sendiri tentang masalah-masalah keluarga dan menghormati pandangan ibu saya. Dia juga tidak malu untuk menjadi pendengar yang baik dan membantu ibu saya dalam menyelesaikan masalah-masalah keluarga. Ketika saya melihat bagaimana ayah saya berperan dalam keluarga, saya merasa sangat bangga dan terinspirasi. Hal ini telah membantu saya untuk memahami bahwa laki-laki dan perempuan harus saling mendukung dalam keluarga dan memiliki peran yang lebih fleksibel. Oleh karena itu, di keluarga saya, peran laki-laki dan perempuan telah berkembang. Ayah saya membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan dapat saling mendukung dan memiliki peran yang berbeda dalam keluarga, dan ini telah menginspirasi saya untuk lebih menghargai peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga. 4. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. Ini berarti bahwa keluarga telah mengambil peran penting dalam menentukan sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. Terutama di negara-negara berkembang, perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah membantu meningkatkan kesetaraan gender. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah berpengaruh pada sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. Pada awalnya, laki-laki dianggap sebagai pemimpin keluarga, sementara perempuan dianggap sebagai pengurus rumah tangga. Namun, perubahan dalam peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perempuan mulai mengambil peran lebih aktif dalam keluarga, seperti membantu mencari nafkah dan mengurus keluarga. Hal ini telah membantu meningkatkan kesetaraan gender di seluruh dunia. Perubahan dalam peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga juga telah mempengaruhi budaya dan ekonomi di seluruh dunia. Perempuan yang lebih aktif dalam keluarga telah membantu meningkatkan tingkat partisipasi ekonomi mereka, yang pada gilirannya telah memberikan dampak positif pada perekonomian secara keseluruhan. Para perempuan juga telah mulai mengambil peran yang lebih aktif dalam kebudayaan masyarakat, seperti menjadi pemimpin, ahli politik, dan lainnya. Hal ini telah membantu meningkatkan kesetaraan gender di seluruh dunia. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun, laki-laki dianggap sebagai pemimpin keluarga, sementara perempuan dianggap sebagai pengurus rumah tangga. Namun, perubahan dalam peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah membantu meningkatkan kesetaraan gender, mempengaruhi budaya dan ekonomi di seluruh dunia, dan membantu meningkatkan kesetaraan gender di seluruh dunia. Dengan demikian, perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah memiliki dampak yang luar biasa pada sosial, budaya, dan ekonomi di seluruh dunia. 5. Tidak ada satu cara yang paling benar untuk menjalankan sebuah keluarga, karena setiap keluarga akan memiliki cara mereka sendiri untuk mengatur dan mengelola tugas-tugas dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat bagi individu untuk tumbuh dan belajar. Setiap keluarga memiliki struktur dan cara berbeda untuk mengatur dan mengelola tugas mereka. Struktur dan cara yang unik ini menciptakan perbedaan dalam cara laki-laki dan perempuan dalam menjalankan tugas-tugas dalam keluarga. Dalam beberapa keluarga, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda dan tanggung jawab yang berbeda. Perempuan mungkin bertanggung jawab atas tugas-tugas domestik seperti memasak, mencuci, mengurus anak, membersihkan rumah dan mengurus keuangan. Laki-laki di sisi lain mungkin bertanggung jawab atas pekerjaan luar rumah seperti mencari nafkah dan berperan sebagai pemimpin. Namun, dalam beberapa keluarga, peran laki-laki dan perempuan tidak terbatas pada tugas-tugas yang telah disebutkan di atas. Beberapa keluarga mulai melihat laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama dan sama pentingnya dalam menjalankan tugas-tugas dalam keluarga. Dalam keluarga-keluarga ini, laki-laki dan perempuan mungkin bertanggung jawab atas tugas-tugas luar rumah dan domestik seperti memasak, mencuci, mengurus anak, membersihkan rumah dan mengurus keuangan. Perubahan ini mencerminkan perubahan pandangan masyarakat tentang peran laki-laki dan perempuan. Masyarakat mulai menghargai bahwa laki-laki dan perempuan memiliki potensi yang sama untuk menjalankan tugas-tugas dalam keluarga, dan bahwa mereka harus dihargai dan dihormati sebagai mitra yang setara. Tidak ada satu cara yang paling benar untuk menjalankan sebuah keluarga, karena setiap keluarga akan memiliki cara mereka sendiri untuk mengatur dan mengelola tugas-tugas dalam keluarga. Beberapa keluarga mungkin memiliki peran yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan, sedangkan yang lain mungkin mendorong laki-laki dan perempuan untuk memiliki peran yang sama dan sama penting dalam menjalankan tugas-tugas dalam keluarga. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa setiap keluarga harus dihormati dan diterima sebagaimana adanya. 6. Dengan laki-laki dan perempuan yang saling bekerja sama dan mengambil bagian dalam menjalankan rumah tangga, keluarga menjadi lebih kuat dan stabil. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan yang signifikan dalam struktur dan dinamika keluarga. Perbedaan tersebut telah menyebabkan perubahan dalam hal bagaimana orang melihat hubungan antara laki-laki dan perempuan, bagaimana orang saling berkomunikasi dan bagaimana orang menangani masalah yang muncul dalam kehidupan keluarga mereka. Pada dasarnya, perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga berimplikasi pada pembagian tugas di rumah, yang merupakan bagian yang sangat penting untuk memastikan keluarga berfungsi dengan baik. Pada masa lalu, laki-laki dianggap sebagai “kepala keluarga” dan bertanggung jawab untuk mencari nafkah, sementara perempuan bertanggung jawab untuk rumah tangga dan mengurus anak-anak. Namun, di zaman modern ini, pembagian tugas telah berubah. Kebanyakan laki-laki saat ini lebih terlibat dalam aspek lain kehidupan keluarga, seperti mengurus anak-anak, membantu dalam pekerjaan rumah tangga, dan menjadi pendengar yang setia bagi istri mereka. Pada saat yang sama, perempuan kini lebih memiliki peluang untuk mengejar karier mereka dan berpartisipasi dalam pekerjaan ekonomi. Dengan begitu, keduanya saling bekerja sama dan berbagi tugas untuk menjalankan rumah tangga. Dengan laki-laki dan perempuan yang saling bekerja sama dan mengambil bagian dalam menjalankan rumah tangga, keluarga menjadi lebih kuat dan stabil. Ini karena mereka dapat mengambil keputusan dan mencapai tujuan bersama. Keduanya juga dapat bertukar pendapat dan bertukar informasi tentang permasalahan yang dihadapi, sehingga pemecahan masalah menjadi lebih mudah. Pembagian tugas yang lebih adil juga dapat membantu meningkatkan kepuasan dan kedekatan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Ini karena keduanya merasa dihargai dan dihormati karena mereka juga mengambil bagian dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini juga dapat membantu membangun rasa saling percaya di antara pasangan. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga juga membantu mengurangi stres yang dialami oleh anggota keluarga. Hal ini karena semua orang memiliki peran yang jelas dalam rumah tangga dan dapat saling membantu satu sama lain. Ini juga memungkinkan anggota keluarga untuk memiliki waktu untuk bersenang-senang bersama dan menikmati kegiatan bersama. Perubahan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga telah menyebabkan perubahan signifikan dalam struktur dan dinamika keluarga. Dengan laki-laki dan perempuan yang saling bekerja sama dan mengambil bagian dalam menjalankan rumah tangga, keluarga menjadi lebih kuat dan stabil. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan komunikasi, pemecahan masalah, kepuasan, dan rasa saling percaya antara pasangan. Pembagian tugas yang lebih adil juga dapat membantu mengurangi stres yang dialami oleh anggota keluarga.
yangtidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat. Keluarga adalah unit terkecil dari struktur sosial yang terdiri dari
BAB I DESKRIPSI KASUS Seorang ibu rumah tangga yang saat ini sudah berusia 43 tahun. Ia sudah menikah sebanyak dua kali. Pada pernikahan yang pertama, wanita ini berusia 28 tahun, akan tetapi selama pernikahannya, ia tidak dikaruniai seorang anak. Akhirnya ia bercerai dan menikah kembali pada usia 30 tahun dengan seorang pria yang berbeda three tahun lebih tua darinya, yang saat ini sudah berusia 46 tahun. Dengan suaminya yang sekarang, wanita ini akhirnya dikaruniai three orang anak. Yang pertama saat ini tengah duduk dikelas 7 SMP berusia 12 tahun, yang kedua sedang duduk dibangku SD kelas 2 berusia 7 tahun, dan yang terakhir baru berusia 10 bulan. Setelah kelahiran anaknya yang pertama, wanita ini menggunakan program KB dengan cara suntik. Begitu pula setelah kelahiran anak keduanya yang berjarak 5 tahun dari anak pertama, ia kembali memasang KB suntik dan melakukan kontrol 3 bulan sekali. Suaminya pun hanya mengantar sang istri kontrol pada KB suntik anak kedua ini. Akan tetapi, KB suntik ini kurang berhasil, karena wanita ini ternyata pada usianya yang ke-42 justru hamil anak ketiga. Atas saran dari dokter untuk tidak hamil lagi dan dikarenakan usianya juga yang rentan untuk hamil, ia akhirmya memutuskan untuk menggunakan plan steril Ia memasang KB jenis ini atas izin dan persetujuan dari suaminya. Mereka juga telah membicarakan dengan matang keputusan untuk memasang KB jenis ini. Akan tetapi, sang suami tidak mau ikut memasang alat kontrasepsi pada dirinya dikarenakan ia merasa malas sehingga hanya istrinya saja yang KB. Wanita ini memasang KB pada usia ke-43 disalah satu rs swasta disekitar tempat tinggalnya. Setelah 3 hari pemasangan KB, ia kembali lagi ke rs tersebut untuk ditarik benangnya saat pemasangan KB. Selama ia KB, ia memiliki keluhan seperti merasa ada yang mengganjal, meskipun begitu sang suami tetap menemani istrinya saat melakukan pemasangan KB. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang sempurna dari fisik, mental dan keadaan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan dan kecacatan dalam setiap persoalan yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi. Konsep dan definisi lainnya yang juga disepakati dan berkaitan dengan kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan seksual, hak seksual, dan hak reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri. Meluasnya liputan media massa sampai ke pelosok negeri yang menyajikan fakta seputar kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif mendorong pemerintah, perorangan, swasta dan lembaga swadaya masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam menyosialisasikan sekaligus memberikan jalan keluar atas permasalahan kesehatan reproduksi Immamah, 2009. Partisipasi pria dalam melakukan KB dan kaitannya dengan kesehatan reproduksi Partisipasi pria dalam melakukan KB yang kaitannya dengan kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria atau suami dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarganya. Bentuk partisipasi pria atau suami dalam KB dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi pria atau suami secara langsung sebagai peserta KB adalah pria atau suami menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan, seperti kondom, vasektomi, serta KB alamiah yang melibatkan pria atau suami metode sanggama terputus dan metode pantang berkala. Tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi. Tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi merupakan keterlibatan dan keikutsertaan ber-KB, kesadaran berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarga. Penyebab utama rendahnya tanggung jawab pria dalam masalah KB dan kesehatan reproduksi adalah minimnya petugas kesehatan, tempat-tempat konseling, sedangkan konseling merupakan kegiatan strategis dalam membantu klien agar dapat dengan mantap membuat keputusan sendiri untuk mengikuti program KB dan kesehatan reproduksi dengan memakai salah satu jenis kontrasepsi pria yang disukai, sadar dan iklas mengantar isterinya dalam periksa kehamilan, imunisasi anaknya, mengikuti perkembangan pengetahuan, menjaga kesetiaan pasangan sehingga dapat terhindar dari penyakit masalah reproduksi, seks, serta tingkah laku seksualnya. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pria Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pria adalah dengan mengadakanpertemuan, orientasi dan advokasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan kesadaran kesetaraan gender, mengembangkan tempat pelayanan KB pria yang berkualitas, penyediaan fasilitas pelayanan dan alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari pengelola, pelaksana, kader sebagai provider melalui orientasi dan pelatihan. Untuk Meningkatkan kesertaan KB Pria berarti merubah pengetahuan sikap dan perilaku dari yang sebelumnya tidak atau belum mendukung KB Pria menjadi mendukung dan mempraktekkannya sebagai peserta. Mereka yang tadinya menganggap bahwa KB adalah urusan perempuan harus bergeser ke arah anggapan bahwa KB adalah urusan serta tanggung jawab suami dan isteri Henny, 2011. Peningkatan partisipasi pria dalam ber KB dan Kesehatan Reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Dalam hal ini termasuk pemenuhan hak-hak pria untuk mendapatkan informasi dan akses terhadap pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima dan menjadi pilihannya. Serta metode pengaturan kelahiran lainnya yang tidak bertentangan dengan hukum, etika dan nilai sosial Henny, 2011. Peranan Petugas Konseling Penyebab utama rendahnya tanggung jawab pria dalam masalah KB dan kesehatan reproduksi disebabkan minimnya petugas, tempat-tempat konseling, sedangkan konseling merupakan kegiatan strategis dalam membantu klien agar dapat dengan mantap membuat keputusan sendiri untuk mengikuti plan KB dan kesehatan reproduksi dengan memakai salah satu jenis kontrasepsi pria yang disukai. Persyaratan petugas konseling sebagai pemberi motivasi, penjelasan, nasihat, pendamping, pemantau dan mitra dalam pemecahan masalah harus mempunyai informasi yang lengkap, benar dan jujur, kesediaan dan minat menjadi petugas konseling, sabar, ramah dan terbuka menghargai pendapat orang lain, dapat membina hubungan dan menemukan kepercayaan klien dan tak kalah pentingnya memiliki keterampilan dalam berkomunikasi atau memberikan konseling sehingga dapat membantu klien memahami dirinya, hambatan yang ada pada dirinya dan bila diperlukan membantu dalam proses pembuatan keputusan melalui berbagai pertimbangan yang obyektif. Peran pria dalam kesehatan reproduksi Ada beberapa peran pria atau suami terhadap kesehatan reproduksi istri antara lain Peran suami pada masa sebelum istri hamil Merencanakan kelahiran anak berikutnya demi menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa ibu dan anak. Menentukan dan memilih alat kontrasepsi untuk pengaturan kelahiran bersama suami dan isteri konsultasi dengan para ahli medis. Untuk pria, pilihan alat kontrasepsinya terutama untuk fase mencegah dan fase menjarangkan kehamilan adalah kondom. Dalam ber KB, suami dan isteri mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan setara. Suami isteri memahami akibat sampingan dari metode kontrasepsi yang digunakan serta mengetahui tempat-tempat rujukannya. Suami mempersiapkan biaya. Suami merencanakan penolong persalinan dan tempat persalinan Peran suami pada masa ibu hamil antara lain Memberikan perhatian, perlindungan dan kasih sayang isteri yang hamil. Menjaga kehamilan isteri agar sehat dengan cara menganjurkan agar isteri tidak melakukan pekerjaan berat, istirahat cukup, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan. Suami harus memiliki pengetahuan praktis tentang masalah kesehatan reproduksi. Menciptakan suasana yang menyenangkan bagi isteri. Mendorong isteri untuk mengkonsumsi tablet besi, makan bergizi, dan mendapatkan immunisasi TT tetanus toksin sebanyak 2 kali selama kehamilan agar terhindar dari penyakit tetanus selama hamil. Mengambil alih tugas rumah tangga dari isteri. Memberikan perhatian tentang kesehatan isteri, mengajak memeriksakan secara teratur, dan menentukan tempat pelayanan persalinan yang aman. Memberikan perlindungan terhadap isteri dari masalah aborsi, karena “kehamilan yang tidak diinginkan atau dikehendaki” dengan mengajak isterinya dengan KB mengikuti program KB. Memberikan perhatian tentang kesehatan isteri yang beresiko tinggi untuk memeriksakannya ke dokter atau bidan dan memilihkan tempat pelayanan persalinan yang aman. Kemudian merencanakan kehamilan berikutnya dengan cara ber KB, tidak memaksakan untuk mempunyai anak banyak. Memahami bagaimana kerja sistem rujukan, serta menyadari bahwa kematian dalam persalinan dapat dicegah dan suami berperan untuk mencegah kematian. Memberikan perhatian kepada isteri tentang perawatan kehamilan perawatan kehamilan, cara merawat diri selama hamil, memakan makanan yang baik bagi ibu hamil, dan sebagainya. Memberikan perhatian kepada isteri dengan mengenali tanda-tanda akan melahirkan, mempersiapkan diri menghadapi persalinan, tempat persalinan, langkah-langkah jika menghadapi kelainan waktu persalinan. Peran suami kepada ibu pada masa persalinan antara lain Mendampingi isteri saat melahirkan. Memberikan dukungan moril. Peran suami pada ibu masa nifas antara lain Membantu kebutuhan isteri merawat diri dan balita menyediakan air hangat, membantu membersihkan ruangan dan kamar tidur, menyiapkan, pakaian isteri dan balitanya. Memenuhi kebutuhan makanan sehat dan bergizi bagi balita dan isteri. Selalu menjaga agar isteri dan balitanya hidup bersih. Menganjurkan agar anak balitanya diberi ASI selama 2 tahun. Selalu memperhatikan isteri di masa nifas hal-hal yang diperhatikan di masa nifas, dan perawatan tali pusat bayi. Dengan demikian partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi dapat membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil, merencanakan persalinan yang aman oleh tenaga medis, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah melahirkan, menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab, menghindari dan mengakhiri kekerasan terhadap wanita, mencegah penularan HIV/AIDS, menjadi calon pasangan yang bertanggung jawab, memahami dan memberi ketenangan kepada isteri yang menopause, memahami dan mencari jalan keluar kepada keluarga infertil dan memahami serta memberi perhatian kepada keluarga lansia. Dengan meningkatkan kepedulian para suami terhadap KB dan kesehatan reproduksi akan meningkatkan pula kesejahteraan keluarga dalam bentuk keluarga kecil yang berkualitas Henny, 2011. Metode kontrasepsi pria Senggama terputus Coitus Interuptus Metode ini dilakukan dengan cara menarik keluar penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi, sehingga ejakulasi dilakukan di luar vagina. Metode ini kurang efektif dalam mencegah terjadinya kehamilan karena membutuhkan kesadaran yang tinggi dari pihak pria untuk melakukannya dan juga sebelum terjadinya ejakulasi pun bisa jadi sudah terdapat air mani yang keluar dan mengandung sperma. Kondom Kondom telah dikenal sejak lama sebagai satu-satunya kontrasepsi yang selain dapat mencegah terjadinya kehamilan juga dapat mencegah terkena penyakit infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS. Saat ini > l juta orang di dunia menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsinya dan kondom juga sudah tersedia baik untuk pria ataupun wanita. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang aman, murah, mudah tersedia, mudah digunakan dan tidak mempengaruhi kesuburan. Bagi orang yang mempunyai alergi terhadap kondom yang terbuat dari latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari bahan polyurethane. Vasektomi Vasektomi telah digunakan oleh twoscore juta orang untuk perencanaan keluarga. Vasektomi merupakan cara yang cepat, sederhana, nyaman dan sangat efektif dalam hal sterilisasi secara permanen. Pria yang sudah tidak mau lagi mempunyai anak dapat memilih cara vasektomi ini, pada vasektomi saluran yang berfungsi untuk mengalirkan sperma saluran vas deferens akan dipotong, sehingga sperma tidak mengalir ke penis. Sedangkan bagian lainnya seperti testis dan penis tidak akan terpengaruh sehingga tidak akan menganggu gairah seksual dan proses ejakulasi. Pantang Berkala Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Terdapat tiga cara dalam melakukan metode KB pantang berkala, yaitu a Sistem kalender Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Caranya dengan memperhatikan masa subur isteri melalui perhitungan haid. Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur dimana saat mulainya dan berakhirnya masa subur dengan perhitungan kalender. b. Pengamatan lendir vagina Metode ini merupakan metode pantang sanggama pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengamati lendir vagina yang diambil pada pagi hari. Metode ini dikenal sebagai metode ovulasi billing. Metode ini sangat efektif jika pasangan suami isteri menerapkan dengan baik dan benar. c. Pengukuran suhu badan Pengukuran suhu badan merupakan salah satu metode pantang berkala pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengukur suhu badan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, saat bangun tidur dan belum melakukan kegiatan apapun. BAB Iii PEMBAHASAN Melalui kesepakatan ICPD Kairo tahun 1994 terjadi perubahan paradigma baru program KB Nasional dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender. Konsep ini menerangkan bahwa penanganan kesehatan reproduksi lebih luas meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi individu baik pria maupun wanita sepanjang siklus hidupnya, termasuk hak-hak reproduksi perempuan, kesetaraan gender, tanggung jawab pria dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi keluarga. Tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi salah satunya adalah keikutsertaan dalam ber-KB Endang, 2002. Permasalahan yang timbul dalam kasus di atas dalah kurangnya partisipasi seorang suami dalam melaksanakan KB langsung sang suami merasa malas untuk menggunakan alat kontrasepsi , sang suami juga mengungapkan bahwa KB pada umumnya dilakukan oleh wanita, sehingga ia merasa tidak perlu ber-KB. Sang suami hanya berperan secara tidak langsung dalam melakukan KB, dalam hal ini suami hanya mendukung istrinya untuk memilih dan menggunakan KB. Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi pria untuk tidak melakukan KB secara langsung yaitu faktor predisposisi predisposing factors, faktor pemungkin enabling factors, dan faktor penguat reinforcing factors. Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, adat istiadat budaya, dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. Faktor predisposisi sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok ke dalam suatu pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat, dalam setiap kasus, faktor ini mempunyai pengaruh. Berbagai faktor demografis seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga penting sebagai faktor demografis. Rendahnya partisipasi pria menjadi peserta KB sdisebabkan karena terbatasnya macam dan jenis alat kontrasepsi pria serta kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang hak-hak kesehatan reproduksi, kurangnya komunikasi sejak dini banyak mempengaruhi sudut pandang yang keliru tentang seks dan keperkasaan pria, banyak pria yang beranggapan bahwa pemakaian alat kontrasepsi oleh pria akan mengganggu kenikmatan dalam hubungan seksual, anggapan yang salah tentang peranan kaum pria dan kedudukan pria dalam keluarga membuat pria jarang yang mau berkonsultasi mengenai masalah reproduksi , seks, serta tingkah laku seksualnya. , adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB, kondisi sosial budaya masyarakat yang patrilinial yang memungkinkan kaum perempuan berada dalam sub ordinasi menyebabkan pengambilan keputusan dalam KB didominasi oleh kaum pria dan kondisi budaya juga menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan peran serta para suami dalam ber-KB, ada anggapan bahwa anak laki-laki merupakan penerus marga, hingga sebelum ada anak laki-laki, keluarga akan terus “berproduksi” BKKBN, 1999. Faktor pemungkin adalah faktor antesenden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah keterampilan dan sumber daya pribadi atau komuniti. seperti tersedianya pelayanan kesehatan, keterjangkauan, kebijakan, peraturan perundangan BKKBN, 1999.. Dalam hal ini partisipasi pria yang rendah dalam melaksanakan KB dikarenakan aksesibilitas pria terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah, dimana Puskesmas hanya menyediakan pelayanan KIA yang umumnya melayani Ibu dan Anak saja sehingga pria merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan, demikian pula terbatasnya jumlah sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pria. Selain itu ada beberapa keterjangkauan yang masih terbatas yang dimaksudkan agar pria dapat memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan masih rendah, keterjangkau itu meliputi Keterjangkauan fisik Keterjangkauan fisik dimaksudkan agar tempat pelayanan kesehatan lebih mudah menjangkau dan dijangkau oleh pria. Keterjangkauan ekonomi Keterjangkauan ekonomi ini dimaksudkan agar biaya dapat dijangkau oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien, Biaya klien meliputi uang, waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku serta nilai yang akan diperoleh oleh klien. Keterjangkauan Pengetahuan Keterjangkauan pengetahuan ini dimaksudkan agar pria mengetahui tentang pelayanan KB serta dimana mereka dapat memperoleh pelayanan tersebut dan besarnya biaya untuk memperolehnya. Keterjangkauan Psikososial Keterjangkauan psikososial ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan partisipasi pria dalam KB secara sosial dan budaya oleh masyarakat, provider, pengambil kebijakan, tokoh agama, tokoh masyarakat. Keterjangkauan Administrasi Keterjangkauan ini dimaksudkan agar ketetapan administrasi medis dan peraturan yang berluka pada semua aspek pelayanan berlaku untuk pria dan wanita BKKBN, 2005. Faktor penguat merupakan faktor penyerta yang datang sesudah perilaku yang memberikan ganjaran, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi menetap atau lenyapnya perilaku itu, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, penguat mungkin berasal dari perawat, dokter, pasien lain, dan keluarga. Apakah penguat ini positif ataukah negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang lain dalam mempengaruhi perilaku BKKBN, 1999. Program KB selama ini mengarahkan sasaran pada perempuan, sebagian masyarakat masih menganggap KB dan kesehatan reproduksi serta kesehatan ibu hamil merupakan urusan perempuan dimana keputusan untuk ber-KB, pergi periksa kehamilan, imunisasi bayi diserahkan pada kaum perempuan. Beberapa pertimbangan mengapa pria harus imbang terlibat dalam KB dan kesehatan reproduksi antara lain pria/suami merupakan pasangan dalam proses reproduksi, bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga, mempunyai hak-hak kesehatan reproduksi yang sama dengan perempuan. Keterlibatan pria dalam KB dapat diwujudkan melalui perannya berupa dukungan terhadap KB dan penggunaan alat kontrasepsi serta merencanakan jumlah keluarga. Partisipasi pria dalam KB dapat dilakukan dalam bentuk partisipasi langsung maupun tidak langsung. Bentuk partisipasi pria dalam KB secara langsung dapat dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi dan cara berkontrasepsi seperti penggunaan kondom, vasektomi, metode senggama terputus dan metode pantang berkala/ sistem kalender. Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi pria yang paling mudah dipakai dan diperoleh baik di apotik maupun di toko-toko obat dengan berbagai merek dagang, Penggunaan kondom berfungsi untuk membantu pria atau suami yang mengalami ejakulasi dini,kondom tetapi banyak pria yang merasa penggunaan kondom pada saat melakukan huubungan seksual menimbulkan ketidaknyamanan selain itu kondom juga terkadang meyebabkan gatal karena alergi terhadap bahan karet kondom. Vasektomi merupakan tindakan penutup pemotongan, pengikatan, penyumbatan kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada umumnya dilakukan sekitar xv-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar. Kelebihan dari metode KB ini adalah efektivitasnya tinggi untuk mencegah kehamilan, tidak mengganggu hubungan seksual dan lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan kontrasepsi lain, namun kendati memiliki kelebihan banyak pria yang tidak mau melakukan metode KB ini karena metode ini dapat mengurangi keperkasaan. Senggama terputus merupakan metode tertua di dunia, dan metode utama untuk menghindari kehamilan. Konsep metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi sehingga sperma dikeluarkan di luar liang senggama. Kelebihan dari metode KB ini adalah tanpa biaya, tidak perlu menggunakan alat/obat kontrasepsi , tidak perlu pemeriksaan medis terlebih dahulu, tidak berbahaya bagi fisik, mudah diterima, merupakan cara yang dapat dirahasiakan pasangan suami-isteri, tidak perlu meminta nasihat pada orang lain, dapat dilakukan setiap saat tanpa memperhatikan masa subur maupun tidak subur, jika dilakukan dengan baik dan benar, namun metodi ini juga mengurangi keterbatasan seperti memerlukan kesiapan mental pasangan suami istri ,memerlukan penguasaan diri yang kuat ,kemungkinan ada sedikit cairan mengadung sperma tertumpah dari zakar dan masuk ke dalam vagina, sehingga dapat terjadi kehamilan, secara psikologis mengurangi kenikmatan dan menimbulkan gangguan hubungan seksual, Jika salah satu dari pasangan tersebut tidak menyetujuinya, dapat menimbulkan ketegangan, sehingga dapat merusak hubungan seksual dan metode ini tidak selalu berhasil. Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan suami istri pada saat masa subur istri. Metode ini memiliki kelebihan tanpa biaya, tanpa memerlukan pemeriksaan medis, dapat diterima oleh pasangan suami-istri yang menolak atau putus asa terhadap metode KB lain dan melibatkan partisipasi suami dalam KB, namun metode ini juga memiliki keterbatasan seperti masa berpantang untuk sanggama sangat lama sehingga menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa mentaati, tidak tepat untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang tidak teratur, memerlukan waktu half-dozen sampai 12 kali siklus haid untuk menentukan masa subur sebenarnya Endang,2002. Dengan berbagai metode yang ada seharusnya pria ikut serta dalam programme keluarga berencana, dengan berbagai pertimbangan seperti membantu istri setiap saat baik untuk menunda kehamilan, mengatur jarak kehamilan dan mengakhiri kesuburan, menyadari jumlah anak dianggap cukup dan istri tidak cocok menggunakan jenis alat kontrasepsi apapun, empati terhadap istri dan tidak ingin menambah beban istri dengan bertambahnya jumlah anak, sebagai bukti suami sayang kepada istri dan bila istri tidak cocok dengan alat kontrasepsi apapun. Bentuk partisipasi pria dalam KB secara tidak langsung adalah dengan cara mendukung istri dalam ber-KB, apabila disepakati istri yang akan ber-KB peran suami adalah mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau cara/metode KB. Dukungan yang dapat diberikan adalah memilih kontrasepsi yang cocok yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya, membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan saat minum pil KB, dan mengingatkan istri untuk kontrol, membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi, mengantarkan istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan, mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaska, membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala Azwar, 2005. BAB IV PENUTUP Kesimpulan Permasalahan yang timbul dalam kasus di atas dalah kurangnya partisipasi seorang suami dalam melaksanakan KB langsung sang suami merasa malas untuk menggunakan alat kontrasepsi , sang suami juga mengungapkan bahwa KB pada umumnya dilakukan oleh wanita, sehingga ia merasa tidak perlu ber-KB. Sang suami hanya berperan secara tidak langsung dalam melakukan KB, dalam hal ini suami hanya mendukung istrinya untuk memilih dan menggunakan KB. Saran atau Rekomendasi Perlunya peningkatan KIE melalui paguyuban atau kelompok KB pria tentang alat kontrasepsi pria yaitu kondom dan metode KB vasektomi untuk meningkatkan pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi kondom dan metode vasektomi. Perlunya peningkatkan akses pelayanan KB dan KR kesehatan reproduksi pria dengan penyediaan tempat pelayanan KB dan KR pria yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat. Kepedulian para pria/suami dalam KB dan kesehatan reproduksi secara mandiri perlu ditingkatkan, agar pembangunan SDM yang berkualitas dapat terbentuk melalui keluarga kecil, sehat dan sejahtera. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Azrul, 2005, Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Jakarta. BKKBN, 1999 , Studi Gender Peningkatan Peran Pria Dalam Penggunaan Kontrasepsi di DIY, Kerjasama Fakultas Kedokteran Univ. Muhammadiyah-PUBIO BKKBN Dki jakarta. BKKBN, 2005, Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB & KR, Jakarta. Endang, 2002. Buku Sumber Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender, dan Pembangunan Kependudukan, BKKBN & UNFPA Jakarta. Imamah, 2009, Perempuan dan Kesehatan Reproduksi, Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender, 199 – 206. Purwanti, Henny, 2011, Upaya Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi Sebagai Wujud Kesetaraan Gender, Jurnal Argumentum, 153-169.
Keluargamerupakan sekolah pertama. Pengetahuan dan keterampilan dasar pertama-tama diperoleh dari keluarga, khususnya kedua orang tua, dan pula anggota keluarga yang tinggal serumah. Masing-masing anggota keluarga mempunyai peran yang tak tergantikan dalam pembentukan dan perkembangan diri. Ketika berhadapan dengan adik, kamu belajar
Published on Jul 26, 2016Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas XIOppahFollow this publisher - current follower count19Tidak dipungkiri kalau wabah Covid-19 secara dramatis telah mengubah kehidupan sehari-hari di seluruh dunia. Aturan untuk bekerja dan bersekolah di rumah, juga membuat orang-orang sudah menjalani semua aspek kehidupan dari rumah. Dengan adanya sekolah dari rumah, orang tua kini juga harus menjadi guru dan teman bermain bagi anak-anaknya. Tentunya perubahan-perubahan seperti ini merupakan salah satu langkah adaptasi yang perlu dilakukan. Satu hal yang belum berubah, paling tidak dalam jangka pendek, adalah pekerjaan domestik yang dilakukan oleh perempuan. Mengasuh anak sebagian besar jatuh kepada ibu, bersamaan dengan memasak, membersihkan rumah, dan segala hal yang dibutuhkan untuk membuat rumah tangga tetap berjalan. Sebelum adanya pandemi, mayorita pekerjaan domestik masih dibebankan kepada perempuan karena adanya norma gender yang kaku. Hal ini memunculkan beban ganda bagi perempuan, terutama bagi pekerja perempuan yang pada akhirnya memiliki sejumlah tantangan dalam bekerja dibandingkan para pekerja laki-laki. Dengan adanya pandemi ini, batasan antara kantor dan urusan domestik menjadi semakin sempit, sehingga sangat memungkinkan beban ganda perempuan menjadi semakin meningkat. Selain masih dituntut untuk memberikan performa terbaik dalam bekerja, perempuan juga tetap dituntut untuk menjalankan peran domestiknya termasuk menjadi guru serta pengasuh bagi anak-anaknya. Bisa dibayangkan jika keterlibatan pasangan sangat minim dalam situasi seperti sekarang ini. Tentunya tingkat kesejahteraan psikologis perempuan juga akan semakin menurun dan performa kerjanya tidak akan maksimal. Selain itu, konflik juga akan semakin sering terjadi karena kesejahteraan mental keluarga tidak di Universitas Northwestern, UC San Diego, dan Universitas Mannheim memperkirakan dua hasil besar yang berkaitan dengan kesetaraan gender dan situasi pandemic COVID-19. Pertama, berita buruk dalam jangka pendek, peneliti-peneliti memperkirakan ibu-ibu yang bekerja akan memikul beban yang lebih besar dibandingkan ayah dalam pengasuhan anak di tengan pandemi. Tapi juga ada berita baik jutaan ayah kini terlibat dalam pengasuhan di rumah dengan anak-anak mereka. Momen bersejarah ini dapat mengubah dinamika, baik di perusahaan dan di keluarga, mengarah ke kesetaraan gender yang lebih juga Kelompok Rentan di Tengah Pandemi ODKM, Disabilitas, dan Minoritas SeksualMengapa keadaan ini lebih sulit untuk perempuan? Covid-19 mempengaruhi perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan secara berbeda, salah satunya adalah pekerjaan. Misalnya saja, kita akan lebih banyak melihat laki-laki yang kehilangan pekerjaan dibandingkan perempuan, karena dari sekitar 78% laki-laki mendominasi sektor publik/pekerjaan berbayar. Mayoritas laki-laki juga telah lama mendominasi sektor manufaktur dan kontruksi, yang rentan turun tajam ketika ekonomi menurun selama pandemi. Sementara perempuan mendominasi pekerjaan di bidang perawatan dan mengajar, yang lebih tahan terhadap kehilangan pekerjaan. Misalnya saja, sebagian besar pekerjaan penting di bidang medis dipegang oleh perempuan, 94% suster, 74% pekerja kesehatan, dan lebih dari 60% profesional farmasi adalah perempuan. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa implikasi gender dari kondisi pandemi ini perlu ditelaah secara lebih gender yang kaku dapat berdampak pada kesehatan mental perempuan maupun laki-laki. Dalam kondisi pandemi, laki-laki lebih mungkin untuk mengalami pemutusan hubungan kerja, sementara perempuan memiliki kemungkinan untuk mendapatkan beban ganda yang semakin berat. Jika tidak secara bijak menyikap hal ini maka tatanan kesehatan mental di keluarga juga bisa semakin memburuk karena semakin banyak konflik yang penilaian dan harapan sosial mengenai peran gender yang “seharusnya”, perlu dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya saja, gagasan “ayah berada di rumah” sudah bukan merupakan sesuatu yang memalukan karena kini ayah juga akan terbiasa dengan anak-anak yang harus bersekolah dari rumah, sementara ibu perlu menyelesaikan pekerjaannya. Pembagian waktu serta peran yang adil memungkinkan para pasangan untuk saling menjaga kesehatan mental karantina telah membuat pasangan-pasangan untuk saling beradaptasi serta berkompromi dengan cara yang mendalam, bagaimana mengupas hal-hal yang dulu bisa dihindari. Hal terbesar yang terjadi adalah keterbukaan akan jumlah pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan rumah tangga. Banyak hal yang telah dilakukan istri yang tidak disadari oleh suami. Tapi sekarang karena banyak pasangan yang berada di ruang yang sama, suami jadi melihat apa saja yang diperlukan untuk menjalankan rumah tangga, dan istri juga menjadi lebih baik dalam menyampaikan apa yang survey dari Stellar Reviews yang dilakukan di tengah pandemi, menemukan bahwa laki-laki mengambil lebih banyak pekerjaan rutin seperti mencuci piring, mencuci baju, dan membuang sampah. Tapi juga diketahui kalau perempuan masih melakukan pekerjaan yang lebih banyak, seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, dan tanggung jawab membantu sekolah anak. Mungkin para ayah sudah melakukan pekerjaan rutin di rumah, tapi beban mental masih menimpa perempuan secara tidak juga Tips Mencegah KDRT di Masa PandemiMasing-masing individu di dalam keluarga harus memiliki tanggung jawab yang dilakukan secara konsisten sehingga kita tidak perlu memikirkan hal tersebut sebelum melakukannya. Jika seorang perempuan, yang juga memiliki anak dan pekerjaan, hanya mampu melakukan pekerjaan rumah secara efektif sebanyak 20%, perlu dicari tahu siapa yang akan melakukan sisanya, terlebih jika kita tidak memiliki bantuan tambahan dari orang lain atau keluarga lain, seperti kakek atau nenek. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan diskusi bersama keluarga, apa yang masing-masing individu harus lakukan untuk mendukung terbesar adalah ketika perempuan bekerja dan mendapatkan peningkatan, hal tersebut dianggap sebagai promosi sosial. Tapi ketika laki-laki fokus pada tugas rumah tangga, ada risiko hal tersebut dilihat sebagai penurunan sosial bagi mereka. Identitas laki-laki masih terikat sebagai penyedia. Dibutuhkan upaya yang disengaja untuk memutus stereotype peran gender, seperti membuat pesan komersil dengan menunjukkan hal positif dan keuntungan yang didapat dari pengasuhan yang lebih memutus stereotype peran gender dapat sangat besar mempengaruhi kehidupan pribadi di rumah, diperkirakan akan mempengaruhi perubahan dalam masalah ekonomi dan pemerintahan. Banyak perusahaan yang dipaksa untuk membuat jadwal mereka lebih fleksibel untuk pekerja dan keluarga mereka, yaitu pria yang menjadi pengasuh utama untuk anak-anak mereka sementara istri mereka berada di garis depan melawan virus. Paparan pengalaman yang baru seperti ini dapat mempengaruhi bagaimana masalah sosial ditangani di pemerintah, karena banyak anggota parlemen dan pejabat pemerintah yang akan memiliki pengalaman mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan harapan yang mereka letakkan pada perempuan, saat pendemi ini hasilnya dari saat ini, pergantian peran yang dialami antara perempuan dan laki-laki paling tidak akan memberikan perspektif baru ke dalam harapan berbagai potongan sistem keluarga dan diharapkan menginspirasi pembagian tugas yang lebih juga Mengatasi Kesepian di Masa Karantinaby Fairuz NadiaReferensi Segalarupa Segalarupa February 2019 2 3K Report APAKAH DALAM KELUARGA MU ADA PERUBAHAN PERAN LAKI LAKI DAN PEREMPUAN YANG DI AKIBATKAN OLEH MODERNISASI KALAU ADA SEPERTI APA BENTUK NYA Simplee DALAM KELUARGAKU tidak ADA PERUBAHAN PERAN LAKI LAKI DAN PEREMPUAN YANG DI AKIBATKAN OLEH MODERNISASI 7 votes Thanks 7 Ghinasyahirah2 Tidak ada perubahan peran laki laki dan perempuan di dalam keluargaku akibat modernisasi 5 votes Thanks 6More Questions From This User See All Segalarupa February 2019 0 Replies Dampak modernisasi dalam keluargamu cenderung mengarah pada proses seperti apa AnswerRecommend Questions silvi5165 May 2021 0 Replies Waktu yang di yanv di miliki ani adakab 35 menit 55 detik sedangjan waktu yang digunakan hasna untuk mengelilingi kapangan adalah 36 menit 25 detik selisih waktu antara ani dan hasna adalah fujifuji365p7d4d5 May 2021 0 Replies Apa saja tantangan umat islam di era modern saat ini? Mohon bantu jawab pertanyaannya cindyay1670 May 2021 0 Replies berdasarkan kepentingannya, cek, obligasi dan saham dapat digolongkan kedalam dolumen nafa361613aulia May 2021 0 Replies perhatikan beberapa pernyataan berikut!!!1 rem digunakan untuk memperlambat laju kendaraan2 batu yang terlempar dari ketapel3 karet yang digunakan untuk mengikat suatu benda4 alat pembuka botol minuman5 anak panah yang melesat ketika dilepaskan pemanfaatan gaya potensial elastis ditunjukkan oleh nomorA. 1,2,dan 3B. 1,2,dan 4 C. 2,3,dan 5D. 3,4,dan 5tolong kak lagi butuh banget inimakasih buat yang udah bantu nur7208 May 2021 0 Replies akar gantung pada pohon beringin berfungsi untuk?? A. Menjaga keseimbangan dari terpaan angin B. Membantu menyerap uap air dan gas C. Mengurangi penguapan dan menjaga ketersediaan air D. Alat pertahanan dari gangguan binatang bantu jawab nafa361613aulia May 2021 0 Replies sistem peredaran darah kecil berturut turut ditunjukkan oleh nomor....A. 8-2-1-3-5B. 5-1-3-4-6C. 5-1-4-3-6D. 6-4-7-8-3TOLONG DONG KAKAK YANG BAIK BESOK HARUS DIKUMPULKAN !!!!!!!! TERIMAKASIH BANYAK nokkeyla May 2021 0 Replies bagaimana cara pemasaran sriping dan klanting febi8388 May 2021 0 Replies Kakak membeli 5 1/2 m kain polos dan 2 2/8 m kain kain yg dibeli kakak seluruhnya adalah nafa361613aulia May 2021 0 Replies seorang anak mengeluh mengalami sesak nafas ketika udara atau suhunya berubah menjadi dingin. Selain itu, ketika penyakitnya kambuh nafasnya sering berbunyi. Cara yang tepat untuk mencegah penyakit tersebut adalah.....A. menggunakan masker ketika berada di daerah terpolusiB. menghindari aroma yang menyengat C. menggunakan jaket atau menghindari tempat yang dinginD. menjaga pola makan yang teraturtolong dong kak plis!!!!!terimakasih buat yang sudah membantu mahayurps May 2021 0 Replies Tahap daur hidup ampal yang merugikan petani adalah A. Telur B. Larva C. Pupa D. Imago Bagaimana peran laki Mengurus anak, mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga memasak, mencuci, dan lain-lain adalah peran yang bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, sehingga bisa bertukar tempat tanpa menyalahi kodrat. Bagaimana peran laki Selain peran tersebut, laki-laki dan perempuan juga berperan sebagai ayah dan ibu ketika sudah memiliki anak. Secara umum seorang suami berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Apa saja perubahan fungsi yang terjadi dalam keluarga dari dampak modernisasi? Pembahasan. Kemampuan interaksi anggota kelaurga meningkat.. Kemampuan pribadi anggota keluarga meningkat.. Keluarga dapat semakin terbuka dengan anggota keluarga lain.. Alternatif hiburan keluarga menjadi semakin banyak.. Wawasan anggota keluarga semakin luas..
Perempuandalam menjalankan perannya dalam masyarakat tergantung pada budaya masyarakat di mana ia tinggal.Dari sudut pandang peran. 0. Tafsir. Alquran & Aqidah Akhlak; Alquran & Budaya; Alquran & Filsafat; Alquran & Gender;

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sebelum saya mengulas lebih dalam tentang gender, marilah kita mengulas kembali apa itu emosi?. Pada tulisan-tulisan sebelumnya saya telah menjelaskan pengertian emosi. Emosi merupakan perasaan yang timbul dalam diri individu yang diakibatkan karena adanya interaksi. Dalam hal ini, timbulnya suatu perasaan berkaitan pula dengan gender maupun peran gender. Sedikit maupun banyak, gender dapat mempengaruhi perkembangan sosial-emosional individu. Hal ini terjadi karena, seorang perempuan lebih lemah lembut dari pada laki-laki. Hal tersebut dapat dilihat, bahwasannya kekerasan banyak terjadi di kalangan perempuan dari pada laki-laki - perempuan lebih memiliki sifat yang lemah lembut, sehingga ia lebih mau mengalah di hadapan laki-laki, sebaliknya laki-laki lebih ingin di perhatikan, sehingga ia akan melakukan kekerasan jika ia tidak lebih lanjut memahami gender, marilah kita memahami pengertian gender itu sendiri. Menurut Indrijati 2016, istilah gender mengandung dua pengertian yaitu1. GenderIdentity identitas gender adalah kesadaran sebagai laki-laki dan perempuan, yang umumnya dicapai anak pada usia 3 tahun. Anak di tahun ketiga akan mulai mengetahui, menerima, dan memahami bahwa dirinya sebagai individu laki-laki ataukah individu perempuan. 2. Gendor Role peran gender adalah sejumlah harapan sosial tentang bagaimana seharusnya laki- laki atau perempuan berpikir, berperilaku dan merasakan sesuatu. Semisal, individu laki-laki lebih berfikir secara rasionalistis sedangkan perempuan lebih berpikir dengan perasaan. Pada tahap ini, individu mulai bertindak sesuai dengan peran gender. Misalnya, ibu akan lebih memperhatikan bayi perempuan, begitupun sebaliknya dengan ayah, ia akan lebih memperhatikan bayi laki-lakinya daripada perempuan. Peran gender juga, tidak lepas dari pengaruh budaya yang ada disekitarnya. Adanya gender maupun peran gender, seorang individu dapat dengan mudah membedakan antara laki-laki maupun perempuan. Secara biologis, jenis kelamin yang dibawa setiap individu sejak lahir akan mempengaruhi perkembangan karakteristik fisik antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Hal teresbut -perbedaan karakteristik laki-laki dan perempuan- dapat menyebabkan perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Semisal, individu laki-laki lebih mengembangkan disposisi yang mendukung kekerasan, persaingan dan pengambilan resiko. Sebaliknya, perempuan lebih mengupayakan bahwa keturunannya akan selamat segi pengasuhannya. Oleh karena itu, individu perempuan yang mengadikan diri pada kepengasuhan -anaknya- akan memilih pasangan yang sukses serta pekerja keras yang dapat memberikan sumber daya nafkah, pakaian, tempat, makan dan lain sebagainya dan perlindungan pada keturunan mereka. Jenis kelamin juga, menentukan cakupan pengalaman yang di peroleh individu laki-laki maupun perempuan yang kemudian mempengaruhi mereka sepanjang pula, ditentukan oleh faktor genetik individu yang memiliki kromosom XY akan mejadi laki-laki secara genetik dan kromosom XX menjadi perempuan secara genetik, organ reproduksi laki-laki maupun perempuan, dan struktur otak -terkait dengan kontrol terhadap hormon reproduksi- dan organ reproduksi eksternal. Sedangkan, peran gender ditentukan oleh perilaku individu sebagai laki-laki atau perempuan, jenis peran seorang laki-laki dewasa hendaknya bekerja dan bertanggung jawab terjadap keluarga dan perempuan dewasa hendaknya mampu menjaga, mengurus dan memelihara anak, dan karakter kepribadian sifatnya laki-laki akan lebih gentle dan maskulin, sedangkan perempuan lebih feminim.Lebih pada fungsi dari harapan sosial dan interaksi sosial dari pada faktor genetik terhadap perilaku dan karakteristik peran gender tidak terlepas dari konteks budaya maupun orangtua. Dalam budaya masyarakat individu laki-laki diharapkan memiliki peran pemimpin. Sedangkan perempuan diharapkan lebih berperan dalam kepengasuhan anak. Walaupun begitu, tidak dipungkiri di zaman moderen ini banyak laki-laki yang dapat berperan sebagai orangtua asuh tunggal untuknya. Sedangkan perempuan sekarang dapat bekerja dan berperan menjadi pemimpin. Hal tersebut terjadi, karena adanya kesetaraan gender di masa kini. Kesetaraan gender tidak dimanfaatkan untuk menginjak martabat laki-laki, melainkan cara perempuan untuk membantu laki-laki dan sosial juga berpengaruh terhadap perbedaan gender setiap individu. Perbedaan tersebut datang melalui pengalaman-pengalaman yang meliputi, baik teori sosial maupun kognitif. Berikut ulasannya Santrock, 2011; 1. Teori peran teori bahwa perbedaan gender merupakan hasil dari perbedaan kontras peran laki-laki dan perempuan. Pada teori ini, kebanyakan perempuan memiliki sedikit kekuatan dan status di bandingkan laki-laki perempuan lebih memilih status jangka panjang sedangkan, laki-laki lebih memilih status jangka pendek. Selain itu, dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih cenderung dapat melakukan pekerjaan rumah tangga, lebih sedikit menghabiskan pekerjaan yang berbayar, menerima gaji lebih rendah dan sedikit terwakili dalam tingkatan organisasi. Perempuan lebih sedikit peluangnya dalam menjadi pemimpin sebuah organisasi. Dalam peran masyarakat perempuan lebih kooperatif dan kurang dominan dibandingkan Teori psikoanalisis mengenai gender. 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya

Ciriciri perubahan primer pada laki–laki: Mengalami mimpi basah, yaitu sebuah mimpi yang menjadi pertanda bahwa laki–laki tersebut sudah masuk usia dewasa. Organ reproduksi sudah mampu menghasilkan sperma. Ciri–ciri perubahan sekunder pada laki–laki: Tumbuh kumis dan jenggot pada wajah. Jakun mulai tampak membesar.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga dan MasyarakatKedudukan kaum perempuan di tengah keluarga dan masyarakat dapat menentukan sejauhmana peran yang dapat atau sedang dimainkan oleh perempuan. Ternyata di tengah situasi hidup dan jaman yang selalu berubah, kedudukan perempuan dapat menjadi hambatan dan rintangan bagi perempuan untuk berperan secara penuh di tengah keluarga dan masyarakat. Kedudukan perempuan yang ditempatkan lebih rendah dari kedudukan laki-laki, sekaligus menjadi tantangan bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah hidup yang menuntut kesetaraan. 1. Perbedaan Kedudukan Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga dan MasyarakatPeran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat sangat ditentukan oleh kedudukannya baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat. Dengan kata lain, peran seseorang ditentukan oleh kedudukannya, karena kedudukan, seseorang mendapatkan wewenang untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, seorang pejabat bisa melaksanakan fungsinya karena wewenang yang diberikan atau diterimanya. Demikan pula dengan peran perempuan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat tergantung pada kedudukannya di dalam keluarga dan dalam Nunuk Murniati, seseorang atau kelompok dapat berperan sesuai dengan kemampuannya apabila ia atau mereka mempunyai wewenang untuk melaksanakan fungsinya. Wewenang merupakan hak untuk menentukan sesuatu atau memutuskan sesuatu, maka wewenang sangat erat hubungannya dengan kedudukan seseorang atau kelompok orang Nunuk Murniati, 1997 81. Dengan kata lain, kedudukan sesorang turut menentukan pengaruhnya secara optimal terhadap lingkungannya. Misalnya ketika perempuan hanya ditempatkan sebagai ibu rumah tangga, maka peran yang dimainkannya hanya mempengaruhi atau memberikan sumbangan khusus bagi lingkup keluarganya saja atau hanya terbatas dalam ruang lingkup keluarga. Sedangkan laki-laki yang ditempatkan sebagai kepala keluarga memiliki kedudukan atau wewenang yang lebih besar dibandingkan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Dalam arti tertentu, laki-laki memiliki kekuasaan lebih atas isterinya dan anak-anaknya. Sehingga keputusan selalu di tangan laki-laki. Misalnya, apakah isterinya boleh atau tidak mencari nafkah atau bekerja, menyangkut pendidikan dan masa depan anak-anak, khususnya anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai masalah kebutuhan biologis pun ditentukan oleh kaum laki-laki. Oleh sebab itu, kedudukan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat sangat menentukan ruang gerak dan perannya dalam keseluruhan kehidupan keluarga dan keluarga kedudukan dan peran perempuan dan laki-laki seringkali dibedakan atau dikontraskan. Misalnya, perempuan dipandang dan dianggap sebagai yang mempunyai tugas, peranan dan tanggung jawab besar dalam keluarga. Mereka harus melayani suami dengan setia, mendidik anak-anak dengan baik, pokoknya melaksanakan semua kebutuhan dan keperluan rumah tangga, dari memasak, menyiapkan makanan, mencuci, menyetrika, melayani tamu, membersihkan rumah, dan masih banyak lagi status yang harus disandang kaum perempuan. Sedangkan kaum laki, dipercayakan untuk menghidupi keluarganya dengan mengusahkan nafkah baik lahir maupun batin. Persoalan domestikasi merupakan persoalan yang seringkali ditemukan dan menjadi bahan kajian, diskusi bahkan perdebatan banyak kalangan, baik perempuan maupun pula dalam masyarakat, kaum perempuan dan laki-laki memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kedudukan yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi mereka. Misalnya, terdapat perbedaan pekerjaan yang dilakukan mereka dalam kelompoknya, juga status dan kekuasaan yang dimiliki tidak sama. Menurut Mosse ada beberapa faktor yang mengakibatkan perbedaan peran dalam masyarakat, mulai dari lingkungan alam, hingga cerita dan mitos-mitos yang digunakan untuk memecahkan teka-teki perbedaan jenis kelamin, mengapa perbedaan itu tercipta dan bagaimana dua orang yang berlainan jenis kelamin dapat berhubungan dengan baik berdasarkan sumber daya alam di sekitarnya Mosse, 2004 5.Ternyata peran seseorang juga dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Misalnya di Inggris sekitar abab XIX, ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas bekerja di luar rumah guna mendapatkan upah. Namun perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa anggapan tersebut hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan kelas atas. Sedangkan kaum perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu bagi kaum perempuan yang dilahirkan tidak untuk bekerja sendiri. Contoh di atas memberikan gambaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran dan kedudukan yang berbeda baik dalam keluarga maupun dalam yang telah diungkapkan bahwa salah satu topik yang banyak mengandung perdebatan di antara para pemerhati perempuan adalah mengenai persamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Pertanyaan yang selalu muncul adalah "Apa yang lebih penting bagi pemberdayaan perempuan? Apakah pengakuan bahwa mereka sama dengan laki-laki ataukah pengakuan bahwa mereka berbeda dengan laki-laki?" Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama sebagai manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat, memang dibutuhkan oleh perempuan, karena selama berabad-abad pengakuan tersebut disangkal. Namun ternyata isi dari pikiran, perasaan dan pendapat perempuan tidaklah sama dengan isi dari pikiran, perasaan dan pendapat laki-laki, karena peran mereka yang berbeda dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menurut Hardy, pengakuan akan perbedaan antara perempuan dan laki-laki menurut pengertian di atas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan Hardy, 1998 121.Menurut de Beauvoir, dalam budaya patriarki, kehidupan ekonomi, sosial dan politik perempuan bukan hanya dibatasi, melainkan juga tidak diakui, yang terjadi adalah perempuan hidup untuk menunjang kehidupan ekonomi, sosial dan politik laki-laki. Melalui institusi ekonomi, sosial, dan politik, budaya patriarkat mencetak citra diri perempuan sesuai dengan citra ideal perempuan sebagai jenis kelamin kedua dalam pandangan patrialkal. Setidaknya ada empat institusi budaya patriarkat yang menurut de Beauvoir menguasai hidup perempuan dengan intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan fase hidup perempuan, yaitu fase balita, sekolah, remaja, perkawinan, dan hari tuanya. Keempat institusi ini saling melengkapi dalam menciptakan dunia perempuan sebagai dunia yang sudah pasti, statis atau dunia buatan yang tidak bisa diubah de Beauvoir, 2005 48-50. Institusi-institusi yang dimaksudkan Beauvoir adalah Keluarga, Pendidikan, Perkawinan dan Hukum Lembaga KeluargaKeluarga merupakan lembaga pertama kali yang menginternalisasikan nilai-nilai perempuan sebagai objek. Sejak kecil perempuan diajarkan untuk bergembira dengan cara menyenangkan orang dewasa melalui sikap manja, manis, dan sopan. Sementara laki-laki, sejak kecil didorong untuk menjadi "laki-laki" dengan diajarkan untuk "tidak cengeng atau menangis, karena menangis hanya untuk anak perempuan". Demikian pula sebaliknya, jika anak perempuan yang berlaku seperti laki-laki, misalnya bermain seperti laki-laki dianggap nakal, ia akan dicap sebagai anak tomboi. Perilaku seperti ini dianggap mengancam "keperempuanannya". Sedangkan kenakalan anak laki-laki dipandang sebagai hal yang biasa dan tidak terlalu dipusingkan. Aktivitas anak perempuan pun dibatasi dalam rumah saja, terutama membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, sehingga sejak kecil anak laki-laki pun sudah diajarkan untuk menyadari bahwa tanggung jawab pekerjaan rumah tangga adalah menjadi bagian dari tanggung jawab perempuan de Beauvoir, 2005 49.b. Lembaga PendidikanInternalisasi nilai-nilai perempuan sebagai sosok yang santun atau sopan, dan manis serta selalu menyenangkan orang lain dilanjutkan oleh lembaga pendidikan. Di sekolah, melalui sikap para guru dan afirmasi dari teman-temannya, nilai inferioritas ini diinternalisasikan perempuan dengan semakin kuat de Beauvoir, 2005 49. c. Lembaga Hukum NegaraMasyarakat ikut memperkuat internalisasi nilai-nilai inferior perempuan melalui mitos-mitos dan tata nilai yang mengharuskan perempuan sedapat mungkin melindungi tubuhnya dari tatapan laki-laki, bersikap santun, membiarkan laki-laki menggoda dan bersikap kurang ajar kepadanya. Sikap dan perilaku laki-laki yang demikian terhadap perempuan dianggap "memang laki-laki biasa begitu". Pandangan dan perilaku yang tidak adil atau kekerasan yang dialami kaum perempuan dibenarkan oleh lembaga hukum, melalui pasal-pasalnya mengatur dan membatasi ruang gerak perempuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara de Beauvoir, 2005 50.d. Lembaga Perkawinan Masyarakat patriarkal melihat lembaga perkawinan sebagai penjaga moral mereka dan merupakan satu-satunya lembaga yang secara moral membenarkan aktivitas seksual perempuan. Aktivitas seksual bagi perempuan dianggap sebagai wujud pelayanan tertinggi pada suami dan spesies manusia. Perempuan harus siap melayani kapan saja suaminya menginginkan tubuhnya. Menurut de Beauvoir, pembatasan budaya patriarkal terhadap kehidupan perempuan telah mencapai wilayah yang sangat pribadi dan mendasar, yaitu kemampuan perempuan untuk mengartikan sendiri kenikmatan yang dirasakannya melalui tubuhnya de Beauvoir, 2005 52.Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat merupakan akibat dari pembagian pekerjaan secara seksual. Peran perempuan selalu dikaitkan dengan ruang lingkup domestik, sedangkan peran laki-laki selalu dikaitkan dengan ruang lingkup publik. Peran-peran tersebut diajarkan pada anak perempuan dan laki-laki sejak dini, kecil, sehingga perbedaan peran secara seksual ini tampak alamiah. Kemudian melalui pranata-pranata dalam masyarakat peran tersebut mendapatkan legitimasinya Hardy, 1998 121.Sedangkan dari perspektif gender melihat bahwa subordinasi perempuan dalam sektor publik bukan karena faktor biologis, melainkan lebih diakibatkan oleh faktor kultur. Dalam perspektif gender, kondisi biologis sepanjang masa akan tetap sama, yakni terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis itu menjadi bermakna politis, ekonomis, dan sosial ketika tatanan kultural dalam masyarakat mengenal pembagian kerja secara hirarkis antara perempuan dan laki-laki. Ketika faktor kultural ditransformasikan bersama faktor biologis ke dalam masalah sosial dan politik, akhirnya menyebabkan subordinasi perempuan oleh laki-laki di sektor publik maupun domestik. Dengan kata lain, kultur menjadi suatu simbol dalam penajaman perbedaan seksual Freeman, 1970 6.Sulit disangkal bahwa arus globalisasi telah mempengaruhi dan ikut mengubah gaya hidup masyarakat serta kebudayaan manusia jaman sekarang. Pengaruh dan perubahan tersebut turut membawa aneka pilihan bagi perempuan dalam berperan aktif di tengah-tengah keluarga, dan Peran Perempuan dalam Keluargaa. Konteks HistorisBagaimana posisi kaum perempuan dalam keluarga di jaman sekarang? Menurut. Suryakusuma 1981 8 keluarga adalah penunjang suatu sistem masyarakat, melalui tiga cara, yakniSebagai unit ekonomi, tempat untuk reproduksi, pembentukan angkatan kerja yang baru dan juga sebagai arena konsumsi; sehingga pekerjaan domestik, seperti perempuan hamil, melahirkan, dan menyusui dipandang tidak produktif dan tidak bernilai. Perendahan fungsi reproduksi yang melekat pada perempuan, mengakibatkan perendahan nilai tenaga kerja perempuan Nunuk Murniati, 2004 260.Sebagai tempat pembentukan kesatuan keluarga secara ideologis yang memiliki sistem nilai-nilai, kepercayaan, agama, tradisi, sosial, kebudayaan, dan juga konservatisme yang dipupuk dari kecil; unit terkecil dari bagian masyakarat ini, melahirkan atau mencetak manusia-manusia seperti yang "diharapkan" atau ditentukan oleh masyarakat, melalui internalisasi nilai, norma dan idiologi atau falsafah hidup yang dianut tempat terbentuknya suatu kesatuan "biososial", yaitu terjadi hubungan alamiah antara ibu-bapak-anak yang dikonstruksi secara sosial. Di sinilah bibit konsep keunggulan laki-laki itu ditanamkan. Karena perempuan mempunyai "kodrat" tertentu, maka wajarlah bila fungsinya yang utama adalah di rumah untuk menangani masalah reproduksi, sosialisasi dan utama yang dimainkan oleh perempuan dalam lingkup keluarga adalah berlaku sebagai seorang isteri yang mendampingi seorang laki-laki sebagai suaminya. Di samping sebagai isteri, ia juga menjadi ibu bagi anak-anak yang lahir dari rahimnya. Setereotif peran perempuan sebagai yang memelihara anak, mengurus suami dan membereskan urusan rumah tangga sudah menjadi bahasa sehari-hari atau terpaksa dihayati oleh kebanyakan perempuan. Sedangkan kaum laki-laki ditempatkan sebagai kepala keluarga yang berurusan dengan soal nafkah. Contohnya, dalam masyarakat Jawa, dikenal adanya mitos tentang peran perempuan, yaitu "ma-telu", artinya tiga "ma", yakni masak, artinya memasak, macak, artinya berhias dan manak, artinya melahirkan. Ketiga peran ini menempatkan kaum perempuan dalam ruang lingkup domestik, yaitu sebagai ibu yang baik yang hanya berperan dalam keluarga atau rumah tangga. Sedangkan kaum laki-laki memiliki lima peran yang dilawankan dengan mitos peran perempuan di atas, yakni "ma-lima". Mitos ini berisi lima kenikmatan yang secara kultural dipahami dan diterima sebagai kecenderungan yang melekat pada kaum berjenis laki-laki. Lima "ma", yaitu main, minum, madat, maling dan madon, yang sama artinya dengan, judi, minum, mengisap candu, mencuri, dan main perempuan. Betapa pun peran-peran jenis tersebut berupa mitos atau prasangka, namun pembedaan peran antara perempuan dan laki-laki yang diskriminatif tersebut telah menjadi bagian dari perbincangan yang sepihak dan tidak komunikatif dalam hidup sehari-hari di tengah-tengah masyarakat Primariantari, dkk, 1998 8. Mosse mengatakan bahwa ibu rumah tangga di seluruh dunia telah melakukan berbagai macam tugas yang memiliki satu kesamaan atau mata rantai rumah dengan penghuninya. Mereka merawat anak, memenuhi suplai pangan keluarga, baik dari ladang keluarga maupun pasar swalayan setempat. Mereka mencuci pakaian, di sungai atau dengan mesin cuci. Mereka juga ikut memberi sendikit penghasilan bagi keluarga melalui pekerjaan paruh waktu dengan upah rendah yang tidak membahayakan pekerjaan utamanya, yakni mengurus rumah tangga dan keluarganya. Namun hal yang terpenting mengenai ibu rumah tangga, yang mempertautkan mereka di seluruh dunia, bukanlah apa yang dilakukan oleh mereka, melainkan keadaan dan hubungan dimana mereka melakukannya. Menurut Mosse, pekerjaan rumah tangga merupakan salah satu aspek pembagian kerja berdasarkan gender, dimana laki-laki cenderung melakukan pekerjaan yang dibayar, dan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak dibayar. Maka, tidak mengherankan pekerjaan perempuan sebagai ibu rumah tangga seringkali dinilai rendah Mosse, 2004 45. Sebagian besar perempuan sampai sekarang cenderung lebih banyak berperan di sektor domestik, yakni melaksanakan tugas rumah tangga yang notabene tidak menghasilkan uang. Namun harus diakui pula bahwa kesedian perempuan melaksanakan tugas domestik, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci, menyetrika dan lain sebagainya itu, sebenarnya berfungsi positif bagi kaum laki-laki, yakni memiliki kesempatan untuk dapat terlibat dalam sektor publik, namun kenyataan ini tetap saja bersifat counter productive, karena mematikan hak-hak perempuan yang ingin mengekspresikan kemampuan atau potensinya Suyanto dan Susanti, 1996 87.b. Perubahan Sosial dalam MasyarakatProses industrialisasi dan kemajuan teknologi informasi telah membawa dampak pada perubahan sosialisasi peran perempuan dalam keluarga. Demikian pula dengan dampak dari modernisasi dan industrialisasi dalam masyarakat Indonesia telah membawa perubahan dalam peran perempuan, baik di tengah keluarga, maupun dalam masyarakat. Jumlah kaum perempuan yang bekerja di luar rumah, misalnya di pabrik-pabrik, semakin meningkat, diikuti pula oleh fenomena meningkatnya jumlah perempuan yang menjadi kepala rumah tangga. Dampak industrialisasi yang secara langsung telah mengubah peran perempuan dalam keluarga adalah dampak urbanisasi dan migrasi, dimana laki-laki dan perempuan pergi ke kota-kota atau ke luar negeri, meninggalkan keluarga, anak-anak dan orang tua untuk mencari pekerjaan dan nafkah yang sulit didapat di daerahnya. Keadaan ini memunculkan keluarga-keluarga dengan kepala keluarga tunggal, yaitu laki-laki atau perempuan. Di desa-desa, misalnya dapat dijumpai isteri-isteri yang memegang peran menyeluruh baik sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, pengasuh dan pendidik anak serta mengurus rumah tangga. Singkatnya, proses industrialisasi dan kemajuan teknologi informasi membawa dampak pada perubahan sosialisasi peran perempuan dalam keluarga, juga dalam masyarakat. Hal ini nyata dari semakin meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah, serta menjadi kepala rumah sekarang keluarga-keluarga pada umumnya terpencar di seluruh negeri. Hal ini, terjadi karena mobilitas sosial dan kesulitan mencari lowongan pekerjaan. Dimana tuntutan hidup semakin banyak, perempuan mengikuti karier atau suami mereka, sehingga harus tinggal jauh dari tempat asal mereka. Walaupun tempat tinggal mereka berjauhan, namun dengan bantuan sarana komunikasi yang semakin canggih, misalnya, telpon, telkom, dan alat transportasi yang lancar membuat mereka tetap merasakan kenyataan tentang diri mereka, sebagai satu keluarga. Walaupun tidak jarang kenyataan hidup seperti ini telah mengakibatkan banyak keluarga mengalami keretakan dan kehancuran. Ternyata, keadaan dan situasi hidup akhirnya membuat kaum perempuan harus memutuskan, mengerjakan dan melakukan apa pun yang selama ini merupakan tanggung jawab bersama antara suami-isteri atau laki-laki-perempuan Wardah Hafidz, 1997 27-28. Dengan kata lain, dorongan untuk mempertahankan hidup keluarga, terutama keluarga-keluarga miskin, mengakibatkan banyak perempuan "terpaksa" bekerja apa saja, misalnya di lahan pertanian, industri-industri atau pabrik-pabrik, dan di berbagai sektor ekonomi lainnya. Ketika perempuan bekerja di bidang pertanian, biasanya pertanian tradisional, mereka dianggap sebagai tenaga kerja keluarga, yang tugasnya hanyalah membantu, oleh sebab itu, mereka diberi upah rendah. Ketika muncul kebijakan yang terkenal dengan sebutan "revolusi hijau", tenaga kerja perempuan di sektor pertanian juga terpinggirkan dan digantikan dengan mesin-mesin yang memerlukan tenaga kerja laki-laki. Kondisi ini, memaksa banyak perempuan untuk keluar dari desa mereka, berimigrasi ke kota-kota untuk bekerja di pabrik-pabrik industri makanan dan minuman. Kenyataan lain, menunjukkan bahwa peran perempuan "di luar rumah", tidak hanya terbatas pada soal kelangsungan hidup atau sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarga, karena ternyata ada banyak perempuan yang sudah mapan ekonomi keluarganya, tetapi masih berusaha "keluar rumah". Fakta bahwa perempuan terlibat dalam berbagai kegiatan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran dalam diri perempuan untuk memberikan sumbangan perannya bagi perubahan sosial. Motivasi kaum perempuan untuk "keluar" rumah dan bekerja atau terlibat dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat merupakan bukti dari kesadaran kaum perempuan untuk mengaktualisasikan diri. Singkatnya, perempuan jaman sekarang tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menjalankan fungsi reproduksi, mengurus anak dan suami atau pekerjaan domestik lainnya, tetapi telah berubah seturut tuntutan hidup dan perubahan jaman serta berkat kesadaran baru yang muncul dari kaum perempuan sendiri untuk memperkembangkan hidupnya, keluarga dan Peran Perempuan dalam MasyarakatDemikian pula dengan peran perempuan di tengah-tengah masyarakat telah mengalami pergeseran yang signifikan. Dulu perempuan dipandang tabu untuk tampil di depan publik, namun sekarang ada banyak perempuan yang terlibat dalam bidang-bidang kemasyarakatan dan keorganisasian, perempuan mulai tampil dan mengisi ruang peran perempuan dalam masyarakat merupakan bagian dari perubahan peran aktif perempuan dalam lingkup domestik atau dalam keluarga. Perempuan mulai mengambil peran dalam menentukan masa depan keluarga baik menyangkut masa depan anak-anak, ekonomi keluarga, pendidikan, maupun kesejahteraan seluruh anggota keluarga serta kesejahteraan masyarakat. Walaupun dalam kenyataannya belum seberapa banyak jumlah perempuan yang terlibat secara langsung dalam semua bidang Faktor-Faktor yang Mendukung Peran Aktif Perempuan dalam MasyarakatAda beberapa faktor yang mendukung atau menunjang peran aktif perempuan dalam keterlibatan di tengah-tengah masyarakat atau di ruang publik jaman sekarang, diantaranya1 Kesadaran EmansipasiPerubahan peran perempuan yang terjadi dalam masyarakat tidak bisa dilepaskan dari gerakan emansipasi dewasa ini. Dimana muncul kesadaran dalam diri perempuan bahwa mereka mempunyai hak pribadi lebih dari hak sebagai isteri. Tuntutan atas hak ini menjadikan kaum perempuan tidak puas berada di bawah suaminya. Tuntutan atas kesadaran bahwa perempuan dan laki-laki mememiliki hak dan kebebasan sebagai pribadi yang sama sangat dipengaruhi oleh perjuangan gerakan feminis liberal di Amerika. Prinsip falsafah liberalisme, yakni semua orang diciptakan dengan hak-hak yang sama, dan setiap orang harus mempunyai kesempatan yang sama untuk memperkembangkan kaum perempuan untuk menuntut hak yang sama dengan laki-laki telah menampakkan hasil yang signifikan, walaupun belum maksimal. Oleh sebab itu, dukungan dan perjuangan semua pihak sangat menentukan dan mempengaruhi perjuangan perempuan dalam menuntut haknya yang sama dengan laki-laki. Hendaknya, baik laki-laki maupun perempuan, suami dan isteri, keluarga dan masyarakat, agama dan negara mendorong ke arah tercapainya cita-cita emansipasi, supaya tidak ada lagi subordinasi terhadap salah satu spesies manusia, laki-laki atau perempuan, yang pada hakekatnya diciptakan memiliki harkat dan martabat sama di hadapan Sang Visi Pembangunan Bangsa Indonesia Demi Kesejahteraan RakyatHampir seluruh negara di dunia sekarang menyadari bahwa pembangunan manusia tidak akan bisa dicapai tanpa pemberdayaan dan kesetaraan gender. Menurut, Suyanto dan Susanti, kegiatan dan program pembangunan yang semata-mata mementingkan pertumbuhan ekonomi dan tidak memiliki visi gender, niscaya akan menimbulkan pemiskinan dan ketimpangan sosial Suyanto dan Susanti, 1995 86.Peluang perempuan untuk keluar dari pekerjaan wilayah domestik didukung oleh upaya negara untuk memberdayakan kaum perempuan, misalnya tampak dari arahan dan kebijakan untuk pemberdayaan perempuan dalam GBHN 1999 bagian pertama, "Meningkatkan kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender".Lewat konsep kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam GBHN diharapkan perempuan akan lebih banyak berpartisipasi dalam pembangunan. Walaupun dalam kenyataannya kebijakan negara tersebut mengandung kontradiksi, karena di satu sisi negara tetap mempertahankan konsep perempuan sebagai ibu rumah tangga, sementara di sisi lain, kaum perempuan didorong untuk bekerja di luar Faktor-faktor yang Membatasi Peran Aktif Perempuan dalam MasyarakatDi samping faktor yang menunjang, juga terdapat faktor-faktor yang membatasi atau menghambat peran kaum perempuan dalam Pekerjaan Rumah Tangga Perempuan Walaupun memiliki status atau kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, kaum perempuan harus berhadapaan dengan segala persoalan berkaitan dengan urusan rumah tangga. Peran secara seksual yang dikenakan masyarakat, menghambat keterlibatan perempuan secara optimal dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan. Menggunakan istilah Wolfman 1989 29, perempuan harus memainkan "peran ganda", walaupun perempuan telah menduduki jabatan yang tidak bersifat tradisional, namun mereka harus pula melaksanakan tanggungjawab rumah tangga yang sifatnya Pemujaan machismo atau Pola Kultur SeksisMachismo merupakan bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang sudah mengakar dalam seluruh struktur masyarakat. Paham atau pandangan semacam ini mempengaruhi kehidupan seksual, prokreatif, kerja dan kehidupan emosional perempuan serta menentukan hubungan kemitraan antara laki-laki dan perempuan. Paham machisme dikuatkan oleh idiologi-idiologi tertentu yang lahir dari masyarakat, negara dan agama. Contohnya, ketika Megawati Sukarno Putri, yang kebetulan terlahir sebagai perempuan, hendak mencalonkan diri menjadi Presiden, ia harus berhadapan tidak hanya dengan lawan politiknya, tetapi juga paham agama yang tidak menghendaki seorang perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki atau pemimpin negara. Muncul reaksi keras dari agamawan-agamawan dan masyarakat yang tidak menghendaki seorang perempuan menjadi pemimpin. Meskipun di jaman sekarang banyak kaum perempuan telah dapat menduduki jabatan atau pekerjaan setara dengan kaum laki-laki, namun emansipasi perempuan masih harus berhadapan dengan reaksi keras dari kaum laki-laki yang masih memposisikan dirinya sebagai yang superior dan pandangan masyarakat tentang peran perempuan dan laki-laki yang Perspektif Negatif Perempuan terhadap DirinyaDi jaman sekarang masih dijumpai banyak perempuan yang memandang rendah dirinya, lemah, tidak berdaya, inferior, tergantung pada laki-laki, tidak sepandai, seaktif, dan seproduktif laki-laki. Hal inilah yang memunculkan kendala bagi kaum perempuan untuk mengambilbagian secara total dalam kegiatan-kegiaan publik. Memang harus diakui bahwa perspektif perempuan yang negatif terhadap dirinya merupakan bagian dari konstruksi sosial yang lahir dari masyarakat pola Struktur dan Pranata Sosial yang Bias GenderMasyarakat dengan sistem nilai yang dianutnya telah melanggengkan situasi dimana kaum perempuan berada di bawah laki-laki. Setereotif-setereotif negatif atau nilai-nilai yang mengandung bias gender telah merasuk ke dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. Seperti keluarga, pendidikan, keagamaan, dan negara. Melalui struktur dan pranata sosial ini, manusia yang terlahir sebagai perempuan dipandang sebagai makhluk kelas dua, lemah, tidak berdaya, perlu dilindungi atau dalam istilah budaya patriarkal "dikuasai", bahkan "diperbudak" contoh kasus-kasus Tenaga Kerja Wanita adalah perbudakan perempuan jaman modern. Pencitraan diri perempuan sebagai yang ideal menurut laki-laki pada awalnya lahir dari pranata keluarga sebagai masyarakat inti bagian dari masyarakat. Kemudian diteruskan lagi dalam dunia pendidikan dengan internalisasi nilai-nilai dan wawasan berspektif gender. Selanjutnya, perempuan harus menyenangkan orang lain dengan membentuk keluarga ideal seperti yang diharapkan oleh masyarakat, agama dan negara yang adalah Arnoldus Ajung, Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
7 Sebulan terakhir 16,7% responden melakukan hubungan seks dengan 1 wanita dan 74,2% tidak pernah berhubungan seks dengan wanita, tetapi ada beberapa responden yang berhubungan seks antara 2 s/d 20 wanita dalam sebulan terakhir. 8. 43,8% melakukan seks anal dengan laki-laki dan mendapatkan imbalan dan 55,8% tidak
Banyak yang beranggapan bahwa tugas laku-laki setelah menikah adalah mencari nafkah. Berupaya memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan menghasilkan uang yang banyak. Padahal, ketika laki-laki sudah menikah dan memiliki anak, perannya tidak hanya mencari nafkah. Apalagi, dalam agama Islam, ada banyak peran lain yang harus dilakukan sebagai seorang suami dan juga papa. Lalu, sebagai seorang istri, Mama juga harus tahu apa saja peran Papa dalam keluarga menurut Islam. Sebab, Mama yang menjadi pendamping Papa untuk selalu bersamanya dalam mewujudkan keluarga yang bahagia hingga akhir hayat. telah merangkumkan apa saja peran Papa dalam keluarga menurut Islam. Simak penjelasan berikut ini. 1. Memberikan nafkah untuk keluarga Pexels/EVG Photos Peran Papa dalam keluarga menurut Islam diantaranya untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak adalah kewajiban di dalam Islam. Dalam surat An-Nisa ayat 34, Allah berfirman, ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain wanita dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” Dalam surat ini jelas bahwa Allah telah memberikan kelebihan bagi Papa untuk menafkahkan rezekinya untuk keluarganya. 2. Sosok pemimpin di dalam keluarga Pexels/Emma Bauso Seperti yang sudah Allah katakan dalam surat An-Nisa ayat 34 bahwa laki-laki adalah sosok pemimpin bagi kaum wanita karena telah diberikan kelebihan. Sehingga, peran Papa dalam keluarga menurut Islam adalah sebagai sosok pemimpin di dalam keluarga. 3. Menjadi pelindung bagi anak dan istri Pexels/Victoria Borodinova Di antara kelebihan yang Allah berikan kepada laki-laki bisa terlihat dari fisik. Secara fisik, laki-laki Allah lebihkan dengan otot yang lebih kuat dan bentuk tubuh yang lebih tegap dan kokoh. Jadi, sangat wajar jika peran Papa dalam keluarga menurut Islam adalah sebagai pelindung bagi istri dan anaknya. 4. Berperilaku adil terhadap anak istri Freepik Dalam surat An-Nisa ayat 129 Allah Swt. berfirman, وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۚ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا Artinya,“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Berperilaku adil terhadap istri juga merupakan peran Papa dalam keluarga menurut Islam. Apabila seorang laki-laki memiliki lebih dari satu istri maka janganlah condong pada salah satunya saja. Ia harus mampu berperilaku adil terhadap istri-istrinya secara harta maupun perhatian. Editors’ Picks 5. Membantu pekerjaan rumah istri Hendaklah seorang suami untuk membantu pekerjaan rumah. Tidak hanya menyerahkan seluruh urusan rumah kepada istri tetapi juga turut serta dalam melakukannya. Perilaku ini adalah apa yang Rasulullah contohkan. Saat ditanya apa yang Rasulullah lakukansaat berada di tengah-tengah keluarganya maka Aisyah ra. berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat,” Muslim. 6. Bermain dan bercanda bersama anak Freepik/senivpetro Sebagai seorang laki-laki yang memiliki anak, peran Papa dalam keluarga menurut Islam ialah senang bermain dan bercanda bersama anak. Ia harus mampu menjadi sosok teman bermain yang menyenangkan bagi anaknya. Perilaku ini juga dicontohkan sering bercanda bersama cucunya, Hasan dan Husein. Beliau juga sering bermain kuda-kudaan dengan cucunya. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani dari sahabat Jabir, ia mengatakan,“Saat aku menemui Nabi Muhammad SAW dan aku temui beliau sedang berjalan empat kaki main kuda-kudaan dan di atas punggungnya ada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain dan Rasullah pun bersabda sebaik baiknya unta adalah unta kalian berdua Rasulullah dan sebaik- baik orang adil adalah kalian berdua’,” Al Hadits. seven. Memberikan pendidikan kepada anak sesuai ajaran Islam Freepik/Dusanpetkovic Peran Papa dalam keluarga menurut Islam yang sangat penting ialah memberikan pendidikan kepada anaknya. Pendidikan yang diberikan tentunya sesuai dengan ajaran Islam. Sosok Papa sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter dan akhlak yang baik bagi anak. Sosok Papa sangat berpengaruh besar dalam hal ini. Walaupun dikatakan Mama adalah sekolah pertama bagi anak, tetapi tetap Papa diibaratkan sebagai kepala sekolah. Ia yang bertanggung jawab kualitas anak didiknya. viii. Menjadi teladan bagi anak dan istri Freepik/pressfoto Sebagai seorang Papa dalam keluarga yang merupakan kepala keluarga, ia adalah sosok yang harus bisa memberikan teladan kepada anak dan istri. Sosok yang bisa menjadi panutan dalam berbagai hal. Memberikan teladan yang baik bagi seorang Papa sangat penting. Sebab, di saat anaknya dewasa nanti, sosok Papa akan sangat memberikan pengaruh yang besar. Bagi anak laki-laki, papanya akan menjadi office model. Ia akan berharap bisa menjadi sosok laki-laki yang baik seperti papanya. Sedangkan bagi anak perempuan, papanya adalah cinta pertamanya. Ia akan mencari sosok laki-laki yang kelak menjadi suaminya memiliki karakter seperti papanya. nine. Mencarikan pendamping untuk anaknya Unsplash/sharonmccutcheon Saat anak sudah beranjak dewasa dan memasuki masa baligh, maka sebagai orangtua diperbolehkan untuk mencarikan sosok pendamping baginya. Bagi anak perempuan pun, peran Papa dalam keluarga juga sebagai wali pernikahannya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya, وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ “Kawinkanlah anak-anak kamu yang belum kawin dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya,” south. An-Nur32. 10. Mendoakan anak dan istri Pixabay/Konevi Jika membaca kisah Nabi Ibrahim yang akan menyembelih Nabi Ismail, pasti Mama bertanya-tanya. Bagaimana bisa sosok Ismail sebagai seorang anak tetap taat kepada ayahnya walaupun ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama. Cukup dengan jawaban tauhid, Ismail dengan mantap menjawab keikhlasannya untuk disembelih. Hal itu tidak lain tidak terlepas dari doa yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. Doa Nabi Ibrahim ini tertulis di dalam Alquran surat Ibrahim ayat forty, رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ Artinya, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” Itulah x peran Papa dalam keluarga menurut Islam yang harus diketahui. Semoga dengan memahami peran Papa dalam keluarga akan semakin berkurang jumlah anak-anak yang kehilangan sosok papanya. Baca juga Ini Perbedaan Gaya Komunikasi Perempuan dan Laki-laki Dapat Kekerasan Verbal & Fisik? Ini 5 Cara Keluar dari Toxic Marriage Bagian dari Rukun Iman, Kenali 20 Nama Lain Hari Kiamat dalam Alquran
Diaada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki : perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele. itu akan menyita seluruh hidupnya. Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki- laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki, apa
A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat Kedudukan kaum perempuan di tengah keluarga dan masyarakat dapat menentukan sejauhmana peran yang dapat atau sedang dimainkan oleh perempuan. Ternyata di tengah situasi hidup dan jaman yang selalu berubah, kedudukan perempuan dapat menjadi hambatan dan rintangan bagi perempuan untuk berperan secara penuh di tengah keluarga dan masyarakat. Kedudukan perempuan yang ditempatkan lebih rendah dari kedudukan laki-laki, sekaligus menjadi tantangan bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah hidup yang menuntut kesetaraan. 1. Perbedaan Kedudukan Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat Peran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat sangat ditentukan oleh kedudukannya baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat. Dengan kata lain, peran seseorang ditentukan oleh kedudukannya, karena kedudukan, seseorang mendapatkan wewenang untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, seorang pejabat bisa melaksanakan fungsinya karena wewenang yang diberikan atau diterimanya. Demikan pula dengan peran perempuan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat tergantung pada kedudukannya di dalam keluarga dan dalam masyarakat. Menurut Nunuk Murniati, seseorang atau kelompok dapat berperan sesuai dengan kemampuannya apabila ia atau mereka mempunyai wewenang untuk melaksanakan fungsinya. Wewenang merupakan hak untuk menentukan sesuatu atau memutuskan sesuatu, maka wewenang sangat erat hubungannya dengan kedudukan seseorang atau kelompok orang Nunuk Murniati, 1997 81. Dengan kata lain, kedudukan sesorang turut menentukan pengaruhnya secara optimal terhadap lingkungannya. Misalnya ketika perempuan hanya ditempatkan sebagai ibu rumah tangga, maka peran yang dimainkannya hanya mempengaruhi atau memberikan sumbangan khusus bagi lingkup keluarganya saja atau hanya terbatas dalam ruang lingkup keluarga. Sedangkan laki-laki yang ditempatkan sebagai kepala keluarga memiliki kedudukan atau wewenang yang lebih besar dibandingkan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Dalam arti tertentu, laki-laki memiliki kekuasaan lebih atas isterinya dan anak-anaknya. Sehingga keputusan selalu di tangan laki-laki. Misalnya, apakah isterinya boleh atau tidak mencari nafkah atau bekerja, menyangkut pendidikan dan masa depan anak-anak, khususnya anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai masalah kebutuhan biologis pun ditentukan oleh kaum laki-laki. Oleh sebab itu, kedudukan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat sangat menentukan ruang gerak dan perannya dalam keseluruhan kehidupan keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga kedudukan dan peran perempuan dan laki-laki seringkali dibedakan atau dikontraskan. Misalnya, perempuan dipandang dan dianggap sebagai yang mempunyai tugas, peranan dan tanggung jawab besar dalam keluarga. Mereka harus melayani suami dengan setia, mendidik anak-anak dengan baik, pokoknya melaksanakan semua kebutuhan dan keperluan rumah tangga, dari memasak, menyiapkan makanan, mencuci, menyetrika, melayani tamu, membersihkan rumah, dan masih banyak lagi status yang harus disandang kaum perempuan. Sedangkan kaum laki, dipercayakan untuk menghidupi keluarganya dengan mengusahkan nafkah baik lahir maupun batin. Persoalan domestikasi merupakan persoalan yang seringkali ditemukan dan menjadi bahan kajian, diskusi bahkan perdebatan banyak kalangan, baik perempuan maupun laki-laki. Demikian pula dalam masyarakat, kaum perempuan dan laki-laki memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kedudukan yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi mereka. Misalnya, terdapat perbedaan pekerjaan yang dilakukan mereka dalam kelompoknya, juga status dan kekuasaan yang dimiliki tidak sama. Menurut Mosse ada beberapa faktor yang mengakibatkan perbedaan peran dalam masyarakat, mulai dari lingkungan alam, hingga cerita dan mitos-mitos yang digunakan untuk memecahkan teka-teki perbedaan jenis kelamin, mengapa perbedaan itu tercipta dan bagaimana dua orang yang berlainan jenis kelamin dapat berhubungan dengan baik berdasarkan sumber daya alam di sekitarnya Mosse, 2004 5. Ternyata peran seseorang juga dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Misalnya di Inggris sekitar abab XIX, ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas bekerja di luar rumah guna mendapatkan upah. Namun perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa anggapan tersebut hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan kelas atas. Sedangkan kaum perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu bagi kaum perempuan yang dilahirkan tidak untuk bekerja sendiri. Contoh di atas memberikan gambaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran dan kedudukan yang berbeda baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Seperti yang telah diungkapkan bahwa salah satu topik yang banyak mengandung perdebatan di antara para pemerhati perempuan adalah mengenai persamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Pertanyaan yang selalu muncul adalah "Apa yang lebih penting bagi pemberdayaan perempuan? Apakah pengakuan bahwa mereka sama dengan laki-laki ataukah pengakuan bahwa mereka berbeda dengan laki-laki?" Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama sebagai manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat, memang dibutuhkan oleh perempuan, karena selama berabad-abad pengakuan tersebut disangkal. Namun ternyata isi dari pikiran, perasaan dan pendapat perempuan tidaklah sama dengan isi dari pikiran, perasaan dan pendapat laki-laki, karena peran mereka yang berbeda dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menurut Hardy, pengakuan akan perbedaan antara perempuan dan laki-laki menurut pengertian di atas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan Hardy, 1998 121. Menurut de Beauvoir, dalam budaya patriarki, kehidupan ekonomi, sosial dan politik perempuan bukan hanya dibatasi, melainkan juga tidak diakui, yang terjadi adalah perempuan hidup untuk menunjang kehidupan ekonomi, sosial dan politik laki-laki. Melalui institusi ekonomi, sosial, dan politik, budaya patriarkat mencetak citra diri perempuan sesuai dengan citra ideal perempuan sebagai jenis kelamin kedua dalam pandangan patrialkal. Setidaknya ada empat institusi budaya patriarkat yang menurut de Beauvoir menguasai hidup perempuan dengan intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan fase hidup perempuan, yaitu fase balita, sekolah, remaja, perkawinan, dan hari tuanya. Keempat institusi ini saling melengkapi dalam menciptakan dunia perempuan sebagai dunia yang sudah pasti, statis atau dunia buatan yang tidak bisa diubah de Beauvoir, 2005 48-50. Institusi-institusi yang dimaksudkan Beauvoir adalah Keluarga, Pendidikan, Perkawinan dan Hukum Negara. a. Lembaga Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama kali yang menginternalisasikan nilai-nilai perempuan sebagai objek. Sejak kecil perempuan diajarkan untuk bergembira dengan cara menyenangkan orang dewasa melalui sikap manja, manis, dan sopan. Sementara laki-laki, sejak kecil didorong untuk menjadi "laki-laki" dengan diajarkan untuk "tidak cengeng atau menangis, karena menangis hanya untuk anak perempuan". Demikian pula sebaliknya, jika anak perempuan yang berlaku seperti laki-laki, misalnya bermain seperti laki-laki dianggap nakal, ia akan dicap sebagai anak tomboi. Perilaku seperti ini dianggap mengancam "keperempuanannya". Sedangkan kenakalan anak laki-laki dipandang sebagai hal yang biasa dan tidak terlalu dipusingkan. Aktivitas anak perempuan pun dibatasi dalam rumah saja, terutama membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, sehingga sejak kecil anak laki-laki pun sudah diajarkan untuk menyadari bahwa tanggung jawab pekerjaan rumah tangga adalah menjadi bagian dari tanggung jawab perempuan de Beauvoir, 2005 49. b. Lembaga Pendidikan Internalisasi nilai-nilai perempuan sebagai sosok yang santun atau sopan, dan manis serta selalu menyenangkan orang lain dilanjutkan oleh lembaga pendidikan. Di sekolah, melalui sikap para guru dan afirmasi dari teman-temannya, nilai inferioritas ini diinternalisasikan perempuan dengan semakin kuat de Beauvoir, 2005 49. c. Lembaga Hukum Negara Masyarakat ikut memperkuat internalisasi nilai-nilai inferior perempuan melalui mitos-mitos dan tata nilai yang mengharuskan perempuan sedapat mungkin melindungi tubuhnya dari tatapan laki-laki, bersikap santun, membiarkan laki-laki menggoda dan bersikap kurang ajar kepadanya. Sikap dan perilaku laki-laki yang demikian terhadap perempuan dianggap "memang laki-laki biasa begitu". Pandangan dan perilaku yang tidak adil atau kekerasan yang dialami kaum perempuan dibenarkan oleh lembaga hukum, melalui pasal-pasalnya mengatur dan membatasi ruang gerak perempuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara de Beauvoir, 2005 50. d. Lembaga Perkawinan Masyarakat patriarkal melihat lembaga perkawinan sebagai penjaga moral mereka dan merupakan satu-satunya lembaga yang secara moral membenarkan aktivitas seksual perempuan. Aktivitas seksual bagi perempuan dianggap sebagai wujud pelayanan tertinggi pada suami dan spesies manusia. Perempuan harus siap melayani kapan saja suaminya menginginkan tubuhnya. Menurut de Beauvoir, pembatasan budaya patriarkal terhadap kehidupan perempuan telah mencapai wilayah yang sangat pribadi dan mendasar, yaitu kemampuan perempuan untuk mengartikan sendiri kenikmatan yang dirasakannya melalui tubuhnya de Beauvoir, 2005 52. Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat merupakan akibat dari pembagian pekerjaan secara seksual. Peran perempuan selalu dikaitkan dengan ruang lingkup domestik, sedangkan peran laki-laki selalu dikaitkan dengan ruang lingkup publik. Peran-peran tersebut diajarkan pada anak perempuan dan laki-laki sejak dini, kecil, sehingga perbedaan peran secara seksual ini tampak alamiah. Kemudian melalui pranata-pranata dalam masyarakat peran tersebut mendapatkan legitimasinya Hardy, 1998 121. Sedangkan dari perspektif gender melihat bahwa subordinasi perempuan dalam sektor publik bukan karena faktor biologis, melainkan lebih diakibatkan oleh faktor kultur. Dalam perspektif gender, kondisi biologis sepanjang masa akan tetap sama, yakni terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis itu menjadi bermakna politis, ekonomis, dan sosial ketika tatanan kultural dalam masyarakat mengenal pembagian kerja secara hirarkis antara perempuan dan laki-laki. Ketika faktor kultural ditransformasikan bersama faktor biologis ke dalam masalah sosial dan politik, akhirnya menyebabkan subordinasi perempuan oleh laki-laki di sektor publik maupun domestik. Dengan kata lain, kultur menjadi suatu simbol dalam penajaman perbedaan seksual Freeman, 1970 6. Sulit disangkal bahwa arus globalisasi telah mempengaruhi dan ikut mengubah gaya hidup masyarakat serta kebudayaan manusia jaman sekarang. Pengaruh dan perubahan tersebut turut membawa aneka pilihan bagi perempuan dalam berperan aktif di tengah-tengah keluarga, dan masyarakat. KEMBALI KE ARTIKEL KetuaSTAIN Datokarama Palu Prof.H.Zainal Abidin M.Ag, Sabtu pagi, 26 Oktober membuka secara resmi kegiatan workshop jurnalis yang di laksanakan oleh Sub Bagian data dan Informasi bekerja sama dengan LPM Qalamun STAIN Datokarama Palu, menurut panitia Pelaksana kegiatan ini di laksanakan selama 2 hari dan di ikuti oleh 50 orang peserta dari
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pada dasarnya, manusia diciptakan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Setiap dari keduanya memilki peranan yang berbeda. Ada banyak sekali tugas dan juga hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki dan hanya bisa dilakukan perempuan, dan sebaliknya. Hal ini menimbulkan batasan-batasan yang timbul dalam masyarakat tentang kedua gender ini. Batasan ini mencakup semua hal yang berkaitan dengan masing-masing gender persoalan kehidupan asmara, seorang laki-laki pada umumnya akan menyatakan terlebih dahulu perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Mungkin karena seorang laki-laki yang memang lebih leluasa untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dan juga laki-laki memang dituntut untuk banyak bergerak. Dalam agama pun dijelaskan bahwasannya laki-laki merupakan pemimpin dari akan menimbulkan definisi yang berkaitan dengan tanggung jawab yang besar atas apa yang dipimpinnya. Oleh karena itu seorang laki-laki dituntut untuk banyak bergerak demi pertanggung jawabannya terhadap apa yang ia pimpin yakni perempuan. Bukan karena laki-laki adalah pemimpin dan memikul beban tanggung jawab yang sangat besar, perempuan pun jika dikaitkan dengan masalah rumah tangga juga harus memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab yang harus dimiliki perempuan meliputi berbakti pada suami dan juga memberikan pengajaran pertama pada anaknya dengan baik. Tanggung jawab perempuan juga harus mejaga kehormatan dirinya agar tidak merugikan dirinya yang terlalu banyak bertingkah karena menuruti keinginan semata, tak akan ada seorang laki-laki baik yang mendekatinya untuk dijadikan istri. Karena seburuk-buruk perilaku seorang laki-laki, ia ingin memiliki istri yang berbakti untuk merubah segala kesalahan yang pernah dilakukan selama hidupnya. Laki-laki akan berubah ketika ia mencintai seorang wanita. Perubahan ini terutama pada perilaku dan juga kebiasaannya. Ia akan berusaha menjadi sebaik mungkin dihadapan wanita laki-laki menginginkan wanita yang anggun dan juga baik. Mereka ingin sesosok wanita yang menjadi panutan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu banyak laki-laki baik yang tidak suka denganwanita yang terlalu banyak tingkah. Wanita yang tidak banyak tingkah akan selalu diidamkan banyak pria. Karena pria tidak ingin apabila wanitanya menjadi tontonan oleh pria lainnya. Bagi laki-laki seorang wanita bukan hanya pelengkap dalam kehidupannya, akan tetapi juga sangat berpengaruh dalam status sosialnya. Seorang wanita yang baik akan mengangkat derajat sosial laki-laki yang menjadi pasangan hidupnya. Hal ini terjadi secara alami dalam kehidupan masyarakat demikian terjadi sebaliknya, apabila laki-laki tak banyak bertingkah ia tak akan banyak tau wanita mana yang baik untuk dijadikan istrinya. Laki-laki memang melihat wanita dri penampilan fisiknya, akan tetapi untuk urusan istri mereka sangat berharap agar wanitanya berperilaku baik. Wanita juga memiliki kriteria dalam menerima ataupun menolak laki-laki yang mendekatinya. Kebanyakan wanita tidak memandang fisik dari laki-laki yang akan dijadikan suaminya akan tetapi tanggung jawab laki-laki tersebut yang mereka inginkan. Ketidaktampanan laki-laki bagi wanita akan dimaklumi karena kemapanannya. Karena kemapanan seorang pria merupakan jaminan bagi wanita untuk memilki cinta yang berkualitas. Lihat Catatan Selengkapnya
LpTL7.
  • 8tpvxqethv.pages.dev/221
  • 8tpvxqethv.pages.dev/15
  • 8tpvxqethv.pages.dev/88
  • 8tpvxqethv.pages.dev/386
  • 8tpvxqethv.pages.dev/97
  • 8tpvxqethv.pages.dev/355
  • 8tpvxqethv.pages.dev/374
  • 8tpvxqethv.pages.dev/254
  • apakah dalam keluargamu ada perubahan peran laki laki dan perempuan